Oleh Ahmad Sastra Allah SWT adalah Tuhan pencipta manusia dan seluruh alam semesta. Tidak akan pernah ada alam semesta, manusia, dan kehidupan jika Allah tidak menciptakannya. Tiadalah Allah menciptakan segala di dunia, kecuali memiliki tujuan yang jelas. Visi penghambaan adalah tujuan utama segala penciptaan di dunia itu, kedudukan segala makhluk ciptaan Allah adalah sebagai hamba Allah, lebih khusus lagi adalah penciptaan jin dan manusia. Allah telah dengan jelas berfirman dalam surah adz-Dzariyat ayat 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". Visi penghambaan sebagai tujuan utama penciptaan manusia setidaknya mengandung empat hikmah. Hal ini bisa ditegaskan melalui firman Allah dalam surah al-Fatihah ayat 5, "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan".Istilah na'budu diambil dari kata 'ibaadat yang memiliki makna kepatuhan dan ketundukan, yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Sementara istilah nasta'iin minta pertolongan, terambil dari kata isti'aanah, yang maknanya mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan, yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga pertama dari surah al-Fatihah ayat 5 adalah sebuah penegasan hanya Allahlah yang wajib disembah oleh manusia dan haram menyembah selain kepada Allah. Menjadikan selain Allah sebagai tuhan yang disembah adalah bentuk kemaksiatan besar yang disebuat sebagai perilaku musyrik. Begitu juga, hanya kepada Allah-lah seharusnya manusia meminta pertolongan. Dengan kata lain, Allahlah Tuhan Yang Maha Penolong, bukan yang kedua dari surah al-Fatihah ayat 5 adalah bahwa kata na`budu bermakna kewajiban dan nasta`in bermakna hak. Artinya, kewajiban yang terlebih dahulu dilakukan baru akan mendapatkan haknya. Islam tidaklah mengajarkan tuntutan atas hak sebelum menjalankan kewajiban. Manusia berkewajiban menyembah Allah, setelah itu manusia baru boleh meminta kepada Allah berupa hak pertolongan ketiga dari surah al-Fatihah ayat 5 adalah keharusan totalitas penyembahan kepada Allah. Dengan menggunakan dhomir nahnu 'kami' dalam kata na`budu dan nasta`in memberikan makna bahwa dalam upaya menyembah Allah harus totalitas dari seluruh diri manusia, baik akal, fisik, maupun hatinya. Sebab, dalam shalat kadang-kadang fisiknya hadir di masjid tapi pikirannya hadir di luar masjid. Di sinilah pentingnya shalat dilaksanakan secara keempat dari surah al-Fatihah ayat 5 adalah adanya hukum sebab akibat dalam kehidupan manusia di dunia. Pertolongan Allah akibat yang hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya, yang menjalankan sebab berupa penyembahan kepada Allah. Begitupun, Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang mau menolong agama Allah. Dalam hubungan sebab akibat ini, Allah tegaskan dalam surah Muhammad ayat 7, "Hai orang-orang Mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu".Dengan demikian, predikat hamba Allah adalah saat manusia memurnikan keimanan. Hanya Allah sebagai tujuan ibadah yang dilakukan secara totalitas ketundukan dalam rangka menggapai pertolongan-Nya. sumber Pusat Data RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Hubunganantara iman islam & ihsan. Islam, Iman & Ihsan adl satu kesatuan yg tdk bisa dipisahkan satu dgn lainnya. Iman adl keyakinan yg menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dgn cara ihsan, sbg upaya pendekatan diri kpd Allah.
Fauzan rindu menjadi Mukmin. Ia ingin mendapatkan status menjadi “hamba Allah.” Ia berusaha hidup taat walau kadang banyak kelemahan. Fauzan adalah remaja pria yang ingin tahu cara menjadi hamba Allah yang taat dan terbaik agar mendapatkan kasih Allah. Apakah Anda seperti Fauzan yang ingin mendapatkan kasih Allah? Mari kita lihat pencarian Fauzan akan hal ini. Merindukan Status “Menjadi Hamba Allah” Fauzan banyak bertanya kepada teman dan ahli agama. Banyak sekali yang menyatakan hakikat manusia utama adalah mendapat status sebagai hamba Allah. Banyak ayat Al-Quran menyatakan hal ini. Contohnya “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Quran kepada hamba-Nya” Qs 251. Nabi Islam juga mendapat sebutan “hamba Allah” Qs 7219. Lebih lanjut ada ayat yang meminta manusia untuk menyembah Allah sebagai hamba. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah sebagai hamba dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya . . .” Qs 985. Ayat Suci Yang Mengubah Cara Pandang Fauzan Satu kali Fauzan mendengar informasi dari temannya. Ia mendengar cerita di kitab Allah yang membuatnya kagum. Berikut ini kisahnya Injil, Lukas 1511-24, parafrasa “Ada seorang ayah mempunyai dua anak laki-laki. Si bungsu tiba-tiba datang dan meminta pembagian warisan. Padahal sang ayah masih hidup. Lalu anak bungsu itu pergi ke negeri jauh untuk hidup berfoya-foya. Sampai hartanya habis dan timbul bencana kelaparan. Iapun melarat dan bekerja sebagai penjaga babi. Keadaan makin parah, sampai satu saat anak bungsu ini kelaparan. Ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi. Namun tidak seorangpun yang memberikan kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya. Dalam keterpurukan ia mau kembali ke rumah ayahnya. Dalam takut dan rasa bersalah ia berniat kembali sebagai “hamba” bukan “anak.” Namun, ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia. Lalu merangkul dan menciumnya. Bahkan ayah itu berkata kepada hamba-hambanya Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik. Pakaikanlah itu kepadanya. Kenakanlah cincin pada jarinya. Juga sepatu pada kakinya. Ambillah anak lembu tambun. Marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku telah mati dan menjadi hidup kembali. Ia telah hilang dan didapat kembali.’” Ayat-ayat ini menggambarkan kasih Allah bagi manusia berdosa. Anak yang penuh dosa itu sebenarnya puas menjadi hamba. Ia merasa tidak layak. Namun, rahmat Allah menerimanya sebagai anak. Beda Pola Pikir “Hamba Allah” dan “Anak Allah” Kisah ini menggelisahkan Fauzan. Ia melihat perbedaan pola pikir antara status menjadi hamba Allah dengan anak Allah. Jika orang bisa memilih menjadi hamba Allah atau anak Allah, pastilah memilih menjadi anak Allah. Perhatikan beberapa perbedaan ini 1. Hak-hak hamba Secara umum, status menjadi hamba mempunyai hak terbatas. Mereka hanya bekerja atau mengabdi pada tuannya. Hamba tidak mendapat warisan sama sekali. Mereka hanya mendapat upah pekerjaan. Kebanyakan hamba dan tuan tidak punya hubungan yang erat. Karena hanya sebatas pekerjaan saja. Juga hubungan berdasarkan kepercayaan terbatas. Sesuai hasil pekerjaan. Jika ada pelanggaran maka pasti ada sanksinya. 2. Hak-hak anak Sebaliknya anak memiliki banyak hak. Anak adalah anggota keluarga. Pasti mendapatkan warisan dari orang tua. Kasih dan kepercayaan adalah dasar hubungan ayah dan anak. Anak mematuhi perintah ayahnya karena mengasihi dan ingin membahagiakannya. Anak taat bukan karena merasa takut. Juga bukan agar mendapatkan kasih ayahnya. Tetapi, karena ayahnya telah mengasihinya. Sehingga menjadi bagian dari bakti dan ucapan syukur anak. Memang ayah bisa menghukum anaknya. Namun, itu terjadi karena sang ayah ingin yang terbaik untuk anak tersebut. Pilihlah Yang Terbaik Bagi Diri Anda! Fauzan mendengar bahwa Allah menyediakan jalan melalui Isa Al-Masih. Allah sangat mengasihi manusia. Ia mau menerima manusia bukan saja sebagai hamba melainkan juga sebagai anak. “Allah yang telah mengasihi kita. Ia mengutus Anak-Nya [Isa Al-Masih/Kalimatullah] sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Supaya semua orang yang menerima-Nya [Isa Al-Masih] menjadi anak-anak Allah. Dan menjadi ahli waris Kerajaan [surga]” Injil, 1 Yohanes 49-10, Yohanes 112-13, Yakobus 25, parafrasa. Fauzan senang karena adalah kehormatan besar ia bisa mendapat status “anak Allah” lebih baik daripada menjadi hamba Allah. Ia merasakan penerimaan dan kasih Allah. Fauzan hidup dalam ucapan syukur. Menjadi “hamba Allah” ataukah “anak Allah” yang Anda inginkan? Jika ingin mengalami kasih Allah dan jaminan surga-Nya, jadilah anak Allah dengan percaya kepada Isa Al-Masih! [Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.] Artikel Terkait Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel “Menjadi Hamba Allah atau Anak Allah, Mana yang Terbaik?” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut Mengapa Sebaiknya Muslim Mengenal Allah Sebagai “Bapa”? Pewaris Surga Untuk “Hamba Allah” Islam Atau “Anak Allah” Kristen? Dapatkah Isa Al-Masih Menanggung Dosa Manusia? Video LEBIH BAIK MENJADI BUDAK ALLAH ATAU ANAK ALLAH? Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut Menurut Saudara mengapa menjadi anak Allah lebih baik bahkan terbaik? Manakah yang Saudara pilih, menjadi hamba Allah yang dinilai ketaatannya, atau anak Allah yang beroleh kasih dan jaminan surga dari Allah? Mengapa? Mengapa Isa berkuasa menghapus dosa-dosa manusia dan menjadikan kita anak-anak Allah? Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.” Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke 0812-8100-0718
Karenashalat merupakan salah satu wasiat Allah kepada Nabi-nabi dan wasiat para Nabi kepada umatnya," kata Hasan Husen Assagaf dalam satu tausiyahnya. Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang batil
Mengesakan Allah dalam setiap perbuatan ibadah manusia yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai syariat, sehingga Allah adalah satu-satu-Nya Tuhan yang harus disembah merupakan makna dari tauhid? Rububiyah Uluhiyah Ubudiyah Ma’rawiyah Kunci jawabannya adalah B. Uluhiyah. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, mengesakan allah dalam setiap perbuatan ibadah manusia yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada allah sesuai syariat, sehingga allah adalah satu-satu-nya tuhan yang harus disembah merupakan makna dari tauhid uluhiyah.
Banyakbagian di Mazmur juga menyaksikan bahwa alam semesta memberikan bukti tentang keberadaan Allah. Mazmur 19:1-5, misalnya, mengatakan bahwa suara Allah dapat didengar melalui seluruh ciptaanNya.Pemazmur menulis: Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.
Salah satu wujud hamba allah adalah1. Salah satu wujud hamba allah adalah2. Salah satu wujud hamba allah adalah3. wujud penghambaan manusia kepada allah swt adalah salah satu dari......ibadah shalat musibah merupakan salah satu ....bagi hamba Allah SWT yang beriman5. Salah satu hadis Nabi menjelaskan bahwa Allah akan selalu menolong seorang hamba, selama hamba itu mau menolong saudaranya. Dalam hal apa Allah menolong kita?6. Salah satu wujud pengakuan hamba yang lemah di mata Allah adalah dengan 7. allah memberi ancaman kepada hambanya yang memalaikan shalat. salah satu ikhtiar atau usaha manusia agar terhindar dari ancaman allah. tersebut adalah....8. musibah merupakan salah satu............ bagi hamba allah SWT yg beriman9. Sujud adalah salah satu wujud ....seorang hamba terhadap Tuhannya10. berdoa merupakan wujud penghambaan diri manusia kepada Allah sebab manusia?11. pada saat kita berlindung kepada Allah kita telah beriman pada salah satu hamba Allah SWT yaitu12. Salah satu ibadah yang merupakan bentuk penghambaan manusia kepada Allah SWT. adalah ibadah13. salah satu manfaat husnuzan yang dapat dirasakan secara langsung oleh hamba Allah yang beriman adalah.. A. Menjadi hamba Allah yang salih B. Menjadi hamba Allah yang bertaqwa C. Menjadi hamba Allah yang sehat jasmani dan rohani D. Menjadi hamba Allah yang hebat E. Menjadi hamba Allah yang unggul14. infak merupakan salh satu wujud..... seorang hamba kepada Allah hamba manusia selalu membutuhkan allah karena hamba manusia mempunyai sifat16. wujudkan penghambaan manusia kepada Allah Subhanahu ta'ala dengan beribadah dan juga sebagai bentuk kelompok adalah17. Salah satu manfaat dari bentuk tawakal hamba kepada allah adalah...18. infak merupakan salah satu wujud....seorang hamba kepada Allah Allah SWT adalah dzat sangat pengasih kepada hambanya, karena salah satu Asma Allah adalah20. Salah satu bentuk rasa rahmat Allah SWT. adalah luasnya ..... Allah SWT. bagi para hambanya yang pernah melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT, selama hamba tersebut mau bertaubat. 1. Salah satu wujud hamba allah adalah selalu beribadah kepadanya 2. Salah satu wujud hamba allah adalah selalu beribadah kepadanyaMenjalankan semua perintah nya serta menjauhi semua larangannya. 3. wujud penghambaan manusia kepada allah swt adalah salah satu dari......ibadah shalat gk salah karena rukun ibadah shalatjawabanD. rukun semoga membantu 4. musibah merupakan salah satu ....bagi hamba Allah SWT yang berimanJawabancobaan semoga membantuJawabanujian, orang yg beriman kepada Allah akan diberikan ujian oleh AllahPenjelasanmf bgt ya klo salah 5. Salah satu hadis Nabi menjelaskan bahwa Allah akan selalu menolong seorang hamba, selama hamba itu mau menolong saudaranya. Dalam hal apa Allah menolong kita?Jawaban Umat Islam dianjurkan untuk saling tolong menolong dan memudahkan urusan orang lain. Dengan demikian, Allah akan melepaskan dirinya dari satu kesusahan pada hari kiamat kelak, serta akan memudahkannya di dunia dan Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36. 6. Salah satu wujud pengakuan hamba yang lemah di mata Allah adalah dengan Jawabanmenjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya 7. allah memberi ancaman kepada hambanya yang memalaikan shalat. salah satu ikhtiar atau usaha manusia agar terhindar dari ancaman allah. tersebut adalah....Jawaban perintah-Nya dan menjauhi sholat 5 taat dan ikhlas saat bermanfaat Jawabanselalu taat pada perinta allah dan harus menjauhi semua larangan nya 8. musibah merupakan salah satu............ bagi hamba allah SWT yg berimanJawabanujian bagi hamba Allah SWTJawabancobaanPenjelasansemoga membantu 9. Sujud adalah salah satu wujud ....seorang hamba terhadap Tuhannya salah satu wujud rasa syukur hamba terhadap Tuhan wujud rasa syukur terhadap tuhanyA 10. berdoa merupakan wujud penghambaan diri manusia kepada Allah sebab manusia?Jawabantdk berdaya jika tdk bantuan allah swtJawabanciptaan allahPenjelasanmaaf kalo salah 11. pada saat kita berlindung kepada Allah kita telah beriman pada salah satu hamba Allah SWT yaituJawabanSeseorang yang tidak memiliki pengetahuan akan kebesaran Tuhannya dan kelemahan dirinya sebagai manusia, maka dia tidak pantas untuk memohon perlindungan Allah SWT. Hal itu karena manusia itu dinilai berdasarkan salah satu dari dua hal yang ada pada dirinya, yaitu ilmu atau yang tidak memiliki pengetahuan akan kebesaran Tuhannya dan kelemahan dirinya sebagai manusia, tidak mungkin mampu melakukan sesuatu yang menunjukkan ketundukannya pada Tu han nya. Iniartinya orang tersebut tidak berilmu dan tidak beramal karena tanpa ilmu tentu amal akan kehilangan makna. 12. Salah satu ibadah yang merupakan bentuk penghambaan manusia kepada Allah SWT. adalah ibadahIbadah mahdhah Penjelasanmaaf ya kalau salah 13. salah satu manfaat husnuzan yang dapat dirasakan secara langsung oleh hamba Allah yang beriman adalah.. A. Menjadi hamba Allah yang salih B. Menjadi hamba Allah yang bertaqwa C. Menjadi hamba Allah yang sehat jasmani dan rohani D. Menjadi hamba Allah yang hebat E. Menjadi hamba Allah yang unggul B. menjadi hamba Allah yang bertakwa. semoga membantu... 14. infak merupakan salh satu wujud..... seorang hamba kepada Allah swt. infak merupakan salah satu wujud kesetiaan seorang hamba kepada allah kasih sayang hambanya 15. hamba manusia selalu membutuhkan allah karena hamba manusia mempunyai sifatJawabanKarena manusia adalah makhluk ciptaan yg lemah dan terbatas,manusia akan mengalami yg namanya ketakutan,kesusahan,menyerah&kematian maka dari itu ia membutuhkan sesuatu yg mampu melindunginya dan menuntunnya kembali ketika suatu saat nanti ia menyerah dan tidak bisa hanya mengandalkan materi dan manusia lain 16. wujudkan penghambaan manusia kepada Allah Subhanahu ta'ala dengan beribadah dan juga sebagai bentuk kelompok adalahJawabanshalat berjamah,majlis taklim,bantuan sosial,serta gotong royong 17. Salah satu manfaat dari bentuk tawakal hamba kepada allah adalah...JawabanManfaat tawakal dalam kehidupan umat Islam berikutnya, yaitu dapat memperkuat hati dan menjauhkan dari segala godaan. Senantiasa bertawakal dalam berusaha dan bekerja, maka hatinya menjadi lebih kuat. Allah akan membantu kita supaya terhindar dari godaan, yang membujuk untuk melakukan suatu keburukan 18. infak merupakan salah satu wujud....seorang hamba kepada Allah MAAF JIKA SALAHSEMOGA MEMBANTUGOOD LUCK 19. Allah SWT adalah dzat sangat pengasih kepada hambanya, karena salah satu Asma Allah adalahJawabanAr-RahmanokokokokokJawabanAr-RahmanPenjelasansebagaimana dalam asmaul husna yang berjumlah 99 salah satunya adalah ar-rahman yang artinya Allah SWT adalah dzat sangat pengasih kepada hambanya 20. Salah satu bentuk rasa rahmat Allah SWT. adalah luasnya ..... Allah SWT. bagi para hambanya yang pernah melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT, selama hamba tersebut mau bertaubat. JawabanSalah satu bentuk rasa rahmat Allah SWT. adalah luasnya ..... Allah SWT. bagi para hambanya yang pernah melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT, selama hamba tersebut mau bertaubat. PenjelasanSalah satu bentuk rasa rahmat Allah SWT. adalah luasnya pintu taubat Allah SWT. bagi para hambanya yang pernah melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT, selama hamba tersebut mau bertaubat. jawaban Pintu taubat
Kuncijawabannya adalah: B. makna. Menurut ensiklopedia, wujud penghambaan manusia kepada alloh adalah salah satu dari ibadah sholat makna. Kemudian saya sarankan Anda untuk baca pertanyaan selanjutnya yaitu Sebuah benda terletak 60 cm di depan lensa cembung yang berjarak fokus 30 cm. Berapakah jarak benda dari lensa? beserta kunci jawabannya.
Wujud penghambaan manusia kepada Allah adalah aalah satu dari ….. …… ibadah shalat? Hikmah Makna Syarat Rukun Semua jawaban benar Jawaban B. Makna. Dilansir dari Ensiklopedia, wujud penghambaan manusia kepada allah adalah aalah satu dari ….. …… ibadah shalat makna.
Imankepada Allah, berarti kita percaya baik dari hati, lisan, maupun perbuatan akan Dzat Allah SWT dengan segala Keagungan dan Kesempurnaan-Nya. Karenanya, sebagai manusia yang merupakan salah satu dari makhluk ciptaan Allah, kita sadar bahwa diri kita ini bukanlah apa-apa jika bukan karena Kuasa Allah SWT.
Oleh M Husnaini Di antara dua peran penting manusia adalah sebagai hamba dan khalifah. Sebagai hamba Allah, posisi manusia adalah sama dengan makhluk-makhluk lain. Hakikat penghambaan adalah ketundukan dan ketaatan total kepada Allah. Hamba Allah yang baik senantiasa ingat bahwa ibadah secara bagus dan istiqamah itulah tujuan penciptaan dirinya. Selain peran sebagai hamba yang bersifat vertikal, manusia juga mempunyai peran horizontal, yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi. Tugas khalifah adalah menjadi wakil Allah untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Karena Allah telah menyediakan semua yang ada di bumi untuk kesejahteraan manusia, sudah seharusnya manusia merawat dan melestarikan segala fasilitas dari Allah sebagai bentuk syukur sekaligus pelaksanaan peran kekhalifahan. Kedua peran di atas tidak bisa dibalik. Dengan kata lain, ketuntasan tugas sebagai hamba akan menentukan keberhasilan tugas sebagai khalifah. Manusia yang tidak beres menunaikan peran sebagai hamba mustahil mampu menjalankan peran sebagai khalifah. Sementara ada manusia yang begitu bagus sebagai hamba saja sering gagal sebagai khalifah. Menjalankan peran sebagai khalifah sungguh tidak mudah. Ada sebuah hadits yang artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia.” Akhlak baik terbentuk karena manusia telah menunaikan peran sebagai hamba secara paripurna. Tegasnya, tidak ada akhlak baik bagi manusia yang tidak mau tunduk dan taat kepada Allah secara total sebagai bukti penghambaan. Sementara itu, kebermanfaatan diri diperoleh karena manusia sukses menjalankan peran sebagai khalifah secara sempurna. Tugas kekhalifahan tidak harus selalu bermakna menjadi pejabat atau pemimpin politik, melainkan bisa dari lingkup kecil, seperti keluarga. Bahkan, memimpin diri sendiri agar tetap berada dalam rel kebaikan jelas wujud pelaksanaan tugas kekhalifahan juga. Adanya dua peran tersebut secara tidak terpisah menandakan bahwa Islam tidak menganjurkan umatnya untuk sekadar menjadi shalih secara individu. Shalih secara sosial dengan cara menjalankan tanggung jawab keumatan lebih dipuji oleh Islam. Karena itu, seluruh rangkaian ibadah yang dilakukan manusia pasti berujung pada kebaikan dan kesejahteraan tatanan hidup umat. Dalam Muhammadiyah, pelaksanaan peran sebagai hamba dan khalifah secara padu sudah dimulai sejak KH Ahmad Dahlan satu abad silam. Muhammadiyah jelas organisasi yang ketat dalam urusan tauhid dan ibadah. Namun, dunia telah mengakui, tidak ada organisasi yang memiliki amal usaha lebih kaya dari Muhammadiyah hingga hari ini. Sangat jelas bahwa Muhammadiyah tidak hanya gigih mengajak mengikutnya shalih secara individu, namun juga maju secara sosial. Dan, itulah makna tauhid fungsional. M Husnaini, Anggota Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia, Mahasiswa PhD di International Islamic University Malaysia IIUM BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Disclaimer Berita ini merupakan kerja sama dengan Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab
KajianTentang Landasan Utama Dari Penghambaan Diri Kepada Allah - Kitab Al-'Ubudiyah. Terhimpunnya agama ini dalam dua landasan utama. Pertama adalah tidak boleh kita beribadah kecuali kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata, menyerahkan ibadah lahir dan batin. Baik itu shalat kita, sembelihan, puasa, nadzar, juga ibadah-ibadah yang
Penghambaan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau al-ubudiyyah adalah kedudukan manusia yang paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dalam kedudukan ini, seorang manusia benar-benar menempatkan dirinya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang penuh dengan kekurangan, kelemahan dan ketergantungan kepada Rabb-nya, serta menempatkan dan mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabb yang maha sempurna, maha kaya, maha tinggi dan maha Subhanahu wa Ta’ala berfirman{يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ}“Wahai manusia, kamulah yang bergantung dan butuh kepada Allah; sedangkan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji” QS Faathir 15.Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa manusia pada zatnya butuh dan bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memenuhi kebutuhan mereka lahir dan batin, dalam semua arti kebutuhan dan ketergantungan, baik itu disadari oleh mereka maupun tidak. Oleh karena itu, hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang beriman dan selalu mendapat limpahan taufik-Nya, mereka selalu mempersaksikan ketergantungan dan kebutuhan ini dalam semua urusan dunia maupun agama. Maka mereka selalu merendahkan diri dan memohon dengan sungguh-sungguh agar Dia Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menolong dan memudahkan segala urusan mereka, serta tidak menjadikan mereka bersandar kepada diri mereka sendiri meskipun hanya sekejap mata[1 Sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan ini termasuk doa yang dianjurkan untuk dibaca pada waktu pagi dan petang “… Ya Allah! jadikanlah baik semua urusanku dan janganlah Engkau membiarkan diriku bersandar kepada diriku sendiri meskipun cuma sekejap mata” HR an-Nasa-i 6/147 dan al-Hakim no. 2000, dishahihkan oleh al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaaditsish shahihah” 1/449, no. 227]. Mereka inilah yang selalu mendapatkan pertolongan dan limpahan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala[2. Lihat keterangan Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di dalam “Taisiirul Kariimir Rahmaan” hal. 687].Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Kesempurnaan makhluk manusia adalah dengan merealisasikan al-ubudiyyah penghambaan diri kepada Allah, dan semakin bertambah kuat realisasi penghambaan diri seorang hamba kepada Allah Ta’ala maka semakin bertambah pula kesempurnaannya kemuliaannya dan semakin tinggi derajatnya di sisi Allah Ta’ala.Dan barangsiapa yang menyangka dengan keliru bahwa seorang hamba bisa saja keluar dari penghambaan diri kepada Allah tidak terkena kewajiban beribadah kepada Allah Ta’ala dalam satu sisi, atau dia menyangka bahwa keluar dari penghambaan diri itu lebih sempurna utama, maka dia termasuk orang yang paling bodoh bahkan paling sesat”[3. Kitab “al-Ubuudiyyah” hal 57 – Tahqiiq Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, cet. Darul ashaalah].Makna dan hakikat al-ubudiyyahOrang yang paling sempurna penghambaan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaSombong dan membanggakan diri, perusak al-ubudiyyahPenutupMakna dan hakikat al-ubudiyyahal-Ubudiyyah penghambaan diri atau ibadah adalah sesuatu yang menghimpun rasa cinta yang utuh disertai sikap merendahkan diri yang sempurna[4. Lihat keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab “al-Ubuudiyyah” hal. 94 dan Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Thariiqul hijratain” hal. 510]. Maka tidaklah dikatakan suatu perbuatan sebagai ibadah atau penghambaan diri jika tidak disertai dua hal Islam Ibnu Taimiyah berkata “Ibadah atau penghambaan diri mengandung kesempurnaan dan puncak kecintaan serta kesempurnaan dan puncak sikap Menghinakan merendahkan diri. Sehingga sesuatu yang dicintai tapi tidak diagungkan dan merendahkan diri kepadanya maka tidaklah disebut sebagai sesembahan sesuatu yang diibadahi. Sebagaimana sesuatu yang diagungkan tapi tidak dicintai maka tidaklah disebut sebagai sesembahan sesuatu yang diibadahi. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman{ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ }“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah” QS al-Baqarah 165”[5. Kitab “Majmu’ul fata-wa” 10/56].Imam Ibnul Qayyim berkata “Tidak ada jalan menuju keridhaan Allah yang lebih dekat dari jalan al-Ubudiyyah penghambaan diri kepada Allah Ta’ala dan tidak ada hijab penghalang menuju keridhaan-Nya yang lebih tebal dari pengakuan membanggakan dan kagum dengan diri sendiri. Penghambaan diri berporos pada dua patokan yang merupakan landasan al-Ubudiyyah, yaitu kecintaan yang utuh dan penghinaan diri yang sempurna kepada Allah Ta’ala.Kedua lndasan ini tumbuhnya dari dua pokok utama, yaitu mempersaksikan besarnya anugrah dan kurunia dari Allah Ta’ala bagi hamba-Nya, dalam memudahkan segala kebaikan dan melindungi dari semua keburukan, yang ini akan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah Ta’ala, dan mempersaksikan besarnya kekurangan diri hamba dan ketidaksempurnaan amalnya, yang ini akan menimbulkan sikap merendahkan diri yang sempurna kepada Allah Ta’ala”[6. Kitab “al-Waabilush shayyib” hal. 15 – cet. Dar al-kitab al-Arabi].Imam al-Qurthubi berkata “Barangsiapa yang selalu taat dan beribadah kepada Allah, menyibukkan pendengaran, penglihatan, lisan dan hatinya dengan perintah-Nya, maka dialah yang paling berhak mendapatkan nama al-Ubudiyyah hamba Allah sejati. Dan barangsiapa yang melakukan kebalikan dari semua itu, maka dia termasuk dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala{أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ}“Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi” QS al-A’raaf 179[7. Kitab “Tafsir al-Qurthubi” 13/67-68].Inilah kedudukan mulia yang diminta oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam doa beliau Shallallahu’alaihi Wasallam “Ya Allah, hidupkanlah aku sebagai orang miskin, matikanlah aku sebagai orang miskin, dan kumpulkanlah aku di dalam golongan orang-orang miskin pada hari kiamat”[8. HR at-Tirmidzi 4/577, Ibnu Majah no. 4126 dan al-Hakim 4/358, dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim, imam adz-Dzahabi dan syaikh al-Albani].Arti “orang miskin” dalam hadits ini adalah orang yang selalu merendahkan diri, tunduk dan khusyu’ kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala[8. Lihat kitab “al-Khusyu’ fish shalaah” hal. 34 dan “Tuhfatul ahwadzi” 7/16].Inilah sifat yang menjadikan sempurna penghambaan diri manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan inilah yang menjadikan bertingkat-tingkatnya kedudukan dan keutamaan manusia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga seorang hamba yang kelihatannya banyak berbuat kebaikan dan amal shaleh tapi di dalam hatinya tidak terdapat hakikat penghambaan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan sebaliknya, dia bersifat sombong, bangga diri dan lupa menisbatkan taufik kebaikan yang dikerjakannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka hamba ini adalah hamba yang buruk dan tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ Ahmad menukil dari salah seorang ulama Salaf, bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada ulama ini Sungguh aku melaksanakan shalat lalu aku menangis tersedu-sedu sampai-sampai hampir bisa tumbuh sayuran karena derasnya air mataku. Maka ulama inipun berkata kepadanya “Sungguh jika kamu tertawa tapi kamu mengakui dosa-dosamu lebih baik dari pada kamu menangis tapi kamu menyebut-nyebut membanggakan amalmu, karena sesungguhnya shalat orang yang menyebut-nyebut membanggakan amalnya tidak akan naik ke atas tidak diterima/diridhai Allah Ta’ala”[9. Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Ighaatsatul lahfaan” 1/89].Inilah makna ucapan yang dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dari salah seorang ulama Salaf yang berkata “Sungguh ada seorang hamba yang melakukan perbuatan dosa tapi karena dosa itu dia masuk Surga, dan ada seorang hamba lain yang melakukan kebaikan tapi karena kebaikan itu dia masuk Neraka”. Orang-orang bertanya dengan keheranan Bagaimana itu bisa terjadi?Ulama tersebut berkata “Hamba yang berbuat dosa, lalu setelah itu dosa tersebut selalu ada di hadapan kedua matanya karena dia takut dan khawatir dirinya akan binasa, maka dia selalu menangis, menyesali perbuatan dosa itu, merasa malu kepada Allah Ta’ala, menundukkan kepala di hadapan-Nya, dan merasa hatinya remuk di hadapan-Nya. Maka dosa yang diperbuatnya itu lebih bermanfaat bagi hamba ini dari pada banyak amal ketaatan, karena dampak yang muncul setelah itu berupa hal-hal sikap takut dan merendahkan diri/ penghambaan diri yang sempurna yang dengan itulah seorang hamba meraih kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Sehingga dosa yang dilakukannya justru menjadi sebab dia masuk hamba yang melakukan kebaikan, tapi setelah itu dia selalu menyebut-nyebut kebaikan tersebut di hadapan Allah, merasa sombong, bangga, merasa dirinya besar dengan kebaikan tersebut dan dia berkata aku telah melakukan banyak kebaikan. Maka kebaikan tersebut justru menimbulkan sifat sombong, bangga diri dan angkuh yang menjadi sebab kebinasaannya karena dia tidak merendahkan dirinya di hadapan Allah, padahal Dialah yang memudahkan bagi hamba tersebut untuk melakukan kebaikan itu”[10. Kitab “al-Waabilush shayyib” hal. 13 – cet. Dar al-kitab al-Arabi].Orang yang paling sempurna penghambaan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaMereka adalah orang-orang yang mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan utuh dan sempurna, sehingga mereka selalu bersegera dan berungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shaleh dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bersamaan dengan itu, mereka tetap menundukkan diri dan meyakini ketergantungan diri mereka kepada-Nya, dengan selalu berharap dan takut Ta’ala memuji para Nabi dan Rasul-Nya dengan sifat ini dalam firman-Nya{إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ}“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka selalu berdoa kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah” QS al-Anbiyaa’ 90.Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hamba-hamba-Nya yang shaleh dalam firman-Nya{تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya karena mereka selalu mengerjakan ibadah dan shalat ketika manusia sedang tertidur di malam hari, sedang mereka berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka” QS as-Sajdah 16.Juga tentang sifat-sifat mulia para Shahabat radhiallahu’anhum dalam firman-Nya{مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا، سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ}“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia para Shahabat radhiallahu’anhum bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda meraka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud” QS al-Fath 29.Imam Mujahid dan beberapa ulama ahli tafsir lainnya berkata tentang makna “tanda-tanda pada wajah mereka” dalam ayat ini “Yaitu Khusyu’ dalam shalat dan tawadhu’ sikap merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”[ oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau 4/260].Inilah makna al-ubudiyyah al-khaashshah penghambaan diri yang khusus yang dipuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur-an, dengan mereka disebut sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sejati’ dan digandengakan-Nya mereka dengan nama-Nya yang maha mulia, yang mana penggandengan ini mengandung arti “idha-fatu at-tasriif” kemuliaan dan keagungan bagi mereka[12. Lihat kitab “Mada-rijus saalikiin” 1/105, “at-Tahriir wat tanwiir” hal. 3910 dan “Fathul Majiid” hal. 429].Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menyebut Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai hamba-Nya{سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” QS al-Israa’ 1.Juga firman-Nya{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ}“Bukankan Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam?” QS az-Zumar 36.Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam adalah manusia yang paling sempurna dalam menunaikan penghambaan diri dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala[13. Lihat kitab “Fathul Majiid” hal. 41].Sebagaimana sifat ini juga yang Allah jadikan sebagai kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa kepada-Nya[14. Lihat kitab “Tafsir al-Qurthubi” 13/67] dalam firman-Nya{وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا. وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا}“Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri melksanakan shalat malam untuk Rabb mereka Allah Ta’ala” QS al-Furqaan 63-64.Sombong dan membanggakan diri, perusak al-ubudiyyahDari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda “Tidaklah masuk Surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan meskipun seberat biji debu”. Ada yang bertanya Wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sesungguhnya setiap orang senang memakai baju yang bagus dan alas kaki yang indah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan Dia mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran karena congkak dan merendahkan manusia“[15. HSR Muslim no. 91].Hadits ini menunjukkan bahwa sifat sombong dan membanggakan diri merupakan sifat yang sangat tercela, bahkan bertentangan dengan sifat al-ubudiyyah yang hakikatnya adalah sikap merendahkan diri dan ketundukan yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa Ta’ Islam Ibnu Taimiyah berkata “Hakikat Islam adalah kepasrahan dan ketundukan diri seorang muslim hanya kepada Allah dan bukan kepada selain-Nya. Karena orang yang memasrahkan diri kepada Allah dan juga kepada selain-Nya maka dia adalah seorang musyrik berbuat syirik/menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana orang yang menolak agama Islam maka dia adalah hakikat agama Islam yang diturunkan oleh Allah kepada para Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam dan dalam kitab-kitab-Nya. Yaitu kepasrahan dan ketundukan diri seorang hamba hanya kepada Allah dan bukan kepada selain-Nya. Maka orang yang memasrahkan diri kepada Allah dan juga kepada selain-Nya maka dia adalah seorang musyrik berbuat syirik/menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana orang yang menolak agama Islam maka dia adalah orang yang menyombongkan hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam beliau bersabda bahwa “Surga tidak akan dimasuki oleh orang yang dalam hatinya ada kesombongan meskipun seberat biji debu“[16. HSR Muslim no. 91]. Sebagaimana Neraka tidak akan dimasuki oleh orang yang dalam hatinya ada keimanan meskipun seberat biji debu. Maka dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjadikan sifat sombong sebagai lawan dari keimanan, karena sesungguhnya sifat sombong itu meruntuhkan hakikat al-ubudiyyah penghambaan diri seorang hamba. Sebagaimana dalam hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda Allah berfirman “Keagungan adalah sarung-Ku dan kebesaran adalah selendang-Ku, maka barangsiapa melawan-Ku dengan merasa memiliki salah satu dari kedua sifat itu maka Aku akan mengazabnya“[17. HR Abu Dawud no. 4090 dan Ibnu Majah no. 4174, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani].Maka sifat keagungan dan kebesaran termasuk sifat-sifat yang khusus dalam rububiyah Allah sifat-sifat Allah, seperti menciptakan, mengatur dan menguasai alam semesta beserta isinya. Dan sifat kebesaran lebih tinggi dari sifat keagungan, oleh karena itu, sifat kebesaran dijadikan pada kedudukan selendang, sebagaimana sifat keagungan dijadikan pada kedudukan sarung[18. Kitab “al-Ubuudiyyah” hal. 30].Oleh karena itu, seorang hamba yang selalu merendahkan diri dan mengakui kelemahan serta kekurangan dirinya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih baik dan lebih mulia dari pada seorang yang selalu membanggakan dirinya meskipun amal ibadahnya terlihat Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhiir[19. Beliau adalah seorang imam besar dari kalangan Tabi’in senior yang mulia dan sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau wafat tahun 95 H lihat kitab “Taqriibut tahdziib” hal. 534] berkata “Sungguh jika aku tertidur di malam hari tapi aku bangun di pagi hari dalam keadaan menyesali dosa-dosaku lebih aku sukai dari pada aku berdiri beribadah di malam hari tapi ketika di pagi hari aku bangga dengan diriku sendiri”. Imam adz-Dzahabi menukil ucapan beliau ini, lalu beliau mengomentari “Demi Allah, tidak akan beruntung orang yang menganggap dirinya suci atau bangga dengan dirinya sendiri”[20. Kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” 4/190].PenutupAllah Ta’ala berfirman menjelaskan sifat hamba-hamba-Nya yang telah menyempurnakan sifat al-ubudiyyah sehingga mereka meraih predikat takwa kepada-Nya{تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan maksiat di muka bumi, dan kesudahan yang baik itu surga adalah bagi orang-orang yang bertakwa” QS Al Qashash83.Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di berkata “Jika mereka orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini tidak mempunyai keinginan untuk menyombongkan diri dan berbuat kerusakan maksiat di muka bumi, maka konsekwensinya berarti keinginan mereka hanya tertuju kepada Allah, tujuan mereka hanya mempersiapkan bekal untuk negeri akhirat, dan keadan mereka sewaktu di dunia selalu merendahkan diri kepada hamba-hamba Allah, serta selalu berpegang kepada kebenaran dan mengerjakan amal shaleh, mereka itulah orang-orang bertakwa yang akan mendapatkan balasan akhir yang baik surga dari Allah Subhanahu wa Ta’ala”[21. Kitab “Taisiirul kariimir Rahmaan fi tafsiiri kalaamil Mannaan” hal. 453].Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketaatan kepada-Nya yang merupakan sebab keberuntungan kita di dunia dan akhirat, الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين***Penulis Abdullah bin Taslim al-Buthoni, Lc.,
TIJl981. 4jq0m7sfgx.pages.dev/5994jq0m7sfgx.pages.dev/6074jq0m7sfgx.pages.dev/3304jq0m7sfgx.pages.dev/7494jq0m7sfgx.pages.dev/4104jq0m7sfgx.pages.dev/694jq0m7sfgx.pages.dev/7504jq0m7sfgx.pages.dev/810
wujud penghambaan manusia kepada allah adalah salah satu dari