Surahal waqiah untuk jodoh. Buka aura untuk kecantikan / ketampanan. Amalan atau bacaan doa lafadz al makhturat untuk jodoh terdiri dari berbagai macam rangkaian doa. Bacaan surah yusuf ayat 4. Selain berdoa, kamu pun harus berikhtiar untuk mendapatkan jodoh. Berikut ini beberapa amalan do'a untuk mendapatkan jodoh:
Surah Taha For MarriageSurah Taha Ka Wazifa For MarriageWazifa For Marriage In 3 DaysMarriage is a wonderful experience, provided you find a suitable partner for you. If you are looking forward marry someone soon, then it is important to include Allah Talah in your effort. In case you do not do this then satan will pave its way and hamper your good event. If you have been trying to get married for a long time but every time things end up negative in your case. If you are not able to find the right partner for you, then Surah Taha for marriage will help you in meeting all your marital goals. Recite Surah Taha for marriage to make your marriage procedure smooth. For those people who are experiencing a lot of problems in the way of their marriage, they will definitely find relief with Surah Taha for Taha Ka Wazifa For MarriageSometimes a person wants to do love marriage but his/ her parents are not ready for it. If this is the case with you, then you should perform surah Taha ka wazifa for marriage. Insha Allah, in no time you will see your family members agreeing for your relationship. They will support your marriage and happily participate in it. Surah Taha ka wazifa for marriage is for all those who want to do love marriage or arrange marriage. All you need to do is focus on your intentions and Insha Allah, the Almighty will make the situation fall in your you are trying hard for your marriage and you have been quite desperate for it, then wazifa for marriage in 3 days is the perfect solution for you. It will help you in marrying someone you want in the shortest time period. It is a very powerful and strong remedy and has helped a lot of people getting married. Wazifa for marriage in 21 days from our molvi sahab will help you as well. He will explain to you the procedure. Make sure you do it as directed or it will not yield desired Dua For Marriage SoonWazifa For Marriage In 3 DaysSometimes even though things are fine, but still your marriage fails to take place. It may occur because of black magic or evil eyes. If you think that your marriage is not happening because of black magic effects, then you should perform surah tahaa ka wazifa for marriage. Insha Allah, in no time you will see that all the black magic effects will be long gone and your marriage will take place Taha for marriage stepwiseYou should recite Surah Taha thrice daily after the namaz of Isha. Make sure you include Durood Shareef 11 times before and after the Surah. Pray to Allah Talah to bless you with a happy and content marital life. Don’t worry. Very soon your desire will come true and you will enjoy a peaceful life with your you need any other help in this regard, then call us for a direct consultation. Contact him to understand the Surah Taha Benefits Marriage along with the importance of Ayat 131-132. Other Useful Articles-Hadith About Husband And Wife FightingWazifa To Destroy Enemy Immediately Amalkanbaca Surah Yusuf ayat 4 dan Surah Taha ayat 39 selepas mandi atau selepas mengambil wuduk. Untuk Anda yang ingin segera ditemukan jodohnya oleh Allah bisa membaca ayat Alquran Surat Al-Furqan ayat 74. Amalkan Surah Ini Untuk Dekatkan Jodoh Anda Dengan Seseorang posted on July 6 2020. Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami pasangan Untuk urusan kasih sayang, pengasihan dan jodoh, surat Yusuf dan surat Taha sering menjadi acuan banyak orang untuk diamalkan. Bahkan amalan surat Yusuf tersebut dianggap sebagai amalan pengasihan paling ampuh. Meski bukan merupakan doa, tapi apa yang diucapkan Nabi Yusuf dalam surat Yusuf tersebut dianggap sebagai Doa Pengasihan Nabi Yusuf. Memang ada keistimewaan dan manfaat dari dua ayat Surah Yusuf dan Taha tersebut. Sebab Al-Qur’an merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT kepada seluruh umat Islam yang tidak ternilai harganya. Selain menjadi pemikiran hidup, banyak sekali manfa’at dan fadhilah yang tersembunyi di dalam Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia, diantaranya dalam persoalan kesehatan lahir batin, rezeki dan juga kasih sayang. Terkhusus untuk surat Yusuf dan surat Taha ini memang lebih banyak dipakai sebagai amalan untuk gampang jodoh, mempererat hubungan pasangan suami istri atau kasih sayang secara umum. Sebab memang banyak permasalahan yang berafiliasi dengan persoalan jodoh, hubungan dengan sobat atau masyarakat secara luas. Karena itu pada kesempatan ini blog doawiridamalan akan aneka macam amalan yang memakai dua ayat dari surat Yusuf dan surat Taha tersebut. Semoga bermanfaat. Bagaimana cara mengamalkannya? Pertama Bacalah ayat 4 dari surah Yusuf berikut . Kedua Kemudian sambung membaca surah Taha, ayat 39 Khasiat ayat 4 surat Yusuf ini yaitu sebagai ayat pengasihan untuk mempererat hubungan suami isteri dan yang lain, juga dapat dipakai untuk anak-anak, anggota keluarga, teman-teman dan sahabat. Setiap kali bertemu dengan mereka atau siapa saja yang kita kehendaki, maka bacalah kedua ayat di atas dalam hati di hadapannya. InsyaAllah anda akan mendapat hasil yang baik dan kesan faktual dari mereka Untuk pengasihan secara umum, contohnya semoga di masyarakat dapat disayangi atau disukai oleh semua orang, di keluarga semua juga sayang, maka bacalah kedua-dua ayat ini sebanyak 3 kali setiap kali habis sholat. Semoga dengan wasilah ayat-ayat yang mulia tersebut hati kita semua disatukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin... YukLihat 305+ surah al hajj untuk jodoh ayat berapa. Jodoh harus kita cari dan berusaha dengan cara berdoa kepada allah SWT jangan sampai طٰهٰ ۚ Ṭāhā. Ṭā Hā. مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓى ۙ Mā anzalnā alaikal-qur’āna litasyqā. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu Nabi Muhammad supaya engkau menjadi susah. اِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰى ۙ Illā tażkiratal limay yakhsyā. Kami tidak menurunkannya, kecuali sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah. تَنْزِيْلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْاَرْضَ وَالسَّمٰوٰتِ الْعُلٰى ۗ Tanzīlam mimman khalaqal-arḍa was-samāwātil-ulā. Al-Qur’an diturunkan dari Allah yang telah menciptakan bumi dan langit yang tinggi. اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى Ar- raḥmānu alal-arsyistawā. Dialah Allah Yang Maha Pengasih dan bersemayam di atas ʻArasy. لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرٰى Lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi wa mā bainahumā wa mā taḥtaṡ-ṡarā. Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah. وَاِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَاِنَّهٗ يَعْلَمُ السِّرَّ وَاَخْفٰى Wa in tajhar bil-qauli fa innahū yalamus-sirra wa akhfā. Jika engkau mengeraskan ucapanmu, sesungguhnya Dia mengetahui ucapan yang rahasia dan yang lebih tersembunyi darinya. اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى Allāhu lā ilāha illā huwa, lahul-asmā’ul-ḥusnā. Allah tidak ada tuhan selain Dia. Milik-Nyalah nama-nama yang terbaik. وَهَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ مُوْسٰى ۘ Wa hal atāka ḥadīṡu mūsā. Apakah telah sampai kepadamu Nabi Muhammad kisah Musa? اِذْ رَاٰ نَارًا فَقَالَ لِاَهْلِهِ امْكُثُوْٓا اِنِّيْٓ اٰنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّيْٓ اٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِقَبَسٍ اَوْ اَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى Iż ra’ā nāran fa qāla li’ahlihimkuṡū innī ānastu nāral laallī ātīkum minhā biqabasin au ajidu alan-nāri hudān. Ingatlah ketika dia Musa melihat api, lalu berkata kepada keluarganya, “Tinggallah di sini! Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau mendapat petunjuk di tempat api itu.” فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ يٰمُوْسٰٓى ۙ Falammā atāhā nūdiya yā mūsā. Ketika mendatanginya tempat api, dia Musa dipanggil, “Wahai Musa. اِنِّيْٓ اَنَا۠ رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَۚ اِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى ۗ Innī ana rabbuka fakhla nalaika innaka bil-wādil-muqaddasi ṭuwān. Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Lepaskanlah kedua terompahmu karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, yaitu Tuwa. وَاَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوْحٰى Wa anakhtartuka fastami limā yūḥā. Aku telah memilihmu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ Innanī anallāhu lā ilāha illā ana fabudnī, wa aqimiṣ-ṣalāta liżikrī. Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku. اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا تَسْعٰى Innas-sāata ātiyatun akādu ukhfīhā litujzā kullu nafsim bimā tasā. Sesungguhnya hari Kiamat itu pasti akan datang. Aku hampir benar-benar menyembunyikannya. Kedatangannya itu dimaksudkan agar setiap jiwa dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰى Falā yaṣuddannaka anhā mal lā yu’minu bihā wattabaa hawāhu fa tardā. Janganlah engkau dipalingkan darinya iman pada hari Kiamat oleh orang yang tidak beriman padanya dan mengikuti hawa nafsunya sehingga engkau binasa. وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يٰمُوْسٰى Wa mā tilka biyamīnika yā mūsā. Apa yang ada di tangan kananmu itu, wahai Musa?” قَالَ هِيَ عَصَايَۚ اَتَوَكَّؤُا عَلَيْهَا وَاَهُشُّ بِهَا عَلٰى غَنَمِيْ وَلِيَ فِيْهَا مَاٰرِبُ اُخْرٰى Qāla hiya aṣāya, atwakka’u alaihā wa ahusysyu bihā alā ganamī wa liya fīhā ma’āribu ukhrā. Musa berkata, “Ia adalah tongkatku. Aku dapat bersandar padanya, merontokkan daun-daun dengannya untuk makanan kambingku, dan memiliki keperluan lain padanya.” قَالَ اَلْقِهَا يٰمُوْسٰى Qāla alqihā yā mūsā. Allah berfirman, “Lemparkanlah tongkat itu, wahai Musa!” فَاَلْقٰىهَا فَاِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعٰى Fa alqāhā fa iżā hiya ḥayyatun tasā. Maka, dia Musa melemparkannya. Tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْۗ سَنُعِيْدُهَا سِيْرَتَهَا الْاُوْلٰى Qāla khużhā wa lā takhaf, sanuīduhā sīratahal-ūlā. Dia Allah berfirman, “Ambillah dan jangan takut! Kami akan mengembalikannya pada keadaannya semula. وَاضْمُمْ يَدَكَ اِلٰى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاۤءَ مِنْ غَيْرِ سُوْۤءٍ اٰيَةً اُخْرٰىۙ Waḍmum yadaka ilā janāḥika takhruj baiḍā’a min gairi sū’in āyatan ukhrā. Kepitlah telapak tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia akan keluar dalam keadaan putih bercahaya tanpa cacat sebagai mukjizat yang lain. لِنُرِيَكَ مِنْ اٰيٰتِنَا الْكُبْرٰى ۚ Linuriyaka min āyātinal-kubrā. Kami perintahkan itu untuk memperlihatkan kepadamu sebagian tanda-tanda kebesaran Kami yang terbesar. اِذْهَبْ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰى ࣖ Iżhab ilā firauna innahū ṭagā. Pergilah kepada Firaun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas.” قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ ۙ Qāla rabbisyraḥ lī ṣadrī. Dia Musa berkata, “Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, وَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ ۙ Wa yassir lī amrī. mudahkanlah untukku urusanku, وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙ Waḥlul uqdatam mil lisānī. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ Yafqahū qaulī. agar mereka mengerti perkataanku. وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ ۙ Wajal lī wazīram min ahlī. Jadikanlah untukku seorang penolong dari keluargaku, هٰرُوْنَ اَخِى ۙ Hārūna akhī. yaitu Harun, saudaraku. اشْدُدْ بِهٖٓ اَزْرِيْ ۙ Usydud bihī azrī. Teguhkanlah kekuatanku dengannya, وَاَشْرِكْهُ فِيْٓ اَمْرِيْ ۙ Wa asyrik-hu fī amrī. dan sertakan dia dalam urusanku kenabian كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ۙ Kai nusabbiḥaka kaṡīrān. agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, وَّنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا ۗ Wa nażkuraka kaṡīrān. dan banyak berzikir kepada-Mu. اِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيْرًا Innaka kunta binā baṣīrān. Sesungguhnya Engkau Maha Melihat keadaan kami.” قَالَ قَدْ اُوْتِيْتَ سُؤْلَكَ يٰمُوْسٰى Qāla qad ūtīta su’laka yā mūsā. Allah berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa. وَلَقَدْ مَنَنَّا عَلَيْكَ مَرَّةً اُخْرٰىٓ ۙ Wa laqad manannā alaika marratan ukhrā. Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan nikmat kepadamu pada kesempatan yang lain sebelum ini, اِذْ اَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّكَ مَا يُوْحٰىٓ ۙ Iż auḥainā ilā ummika mā yūḥā. yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu sesuatu yang diilhamkan. اَنِ اقْذِفِيْهِ فِى التَّابُوْتِ فَاقْذِفِيْهِ فِى الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِّيْ وَعَدُوٌّ لَّهٗ ۗوَاَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّيْ ەۚ وَلِتُصْنَعَ عَلٰى عَيْنِيْ ۘ Aniqżifīhi fit-tābūti faqżifīhi fil-yammi falyulqihil-yammu bis-sāḥili ya’khużhu aduwwul lī wa aduwwul lahū, wa alqaitu alaika maḥabbatam minnī, wa lituṣnaa alā ainī. Ilham itu adalah perintah Kami kepada ibumu, Letakkanlah dia Musa di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai Nil. Maka, biarlah arus sungai itu membawanya ke tepi. Dia akan diambil oleh Firaun musuh-Ku dan musuhnya.’ Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang dari-Ku dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku. اِذْ تَمْشِيْٓ اُخْتُكَ فَتَقُوْلُ هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى مَنْ يَّكْفُلُهٗ ۗفَرَجَعْنٰكَ اِلٰٓى اُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ ەۗ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنٰكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنّٰكَ فُتُوْنًا ەۗ فَلَبِثْتَ سِنِيْنَ فِيْٓ اَهْلِ مَدْيَنَ ەۙ ثُمَّ جِئْتَ عَلٰى قَدَرٍ يّٰمُوْسٰى Iż tamsyī ukhtuka fa taqūlu hal adullukum alā may yakfuluhū, fa rajanāka ilā ummika kai taqarra ainuhā wa lā taḥzana, wa qatalta nafsan fa najjaināka minal-gammi wa fatannāka futūnān, fa labiṡta sinīna fī ahli madyana, ṡumma ji’ta alā qadariy yā mūsā. Ketika saudara perempuanmu berjalan untuk mengawasi dan mengetahui berita, dia berkata kepada keluarga Firaun, Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?’ Maka, Kami mengembalikanmu kepada ibumu agar senang hatinya dan tidak bersedih. Engkau pernah membunuh seseorang tanpa sengaja lalu Kami selamatkan engkau dari kesulitan yang besar dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan yang berat. Lalu, engkau tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian engkau, wahai Musa, datang menurut waktu yang ditetapkan. وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِيْۚ Wasṭanatuka linafsī. Aku telah memilihmu menjadi rasul untuk-Ku. اِذْهَبْ اَنْتَ وَاَخُوْكَ بِاٰيٰتِيْ وَلَا تَنِيَا فِيْ ذِكْرِيْۚ Iżhab anta wa akhūka bi’āyātī wa lā taniyā fī żikrī. Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda kekuasaan-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. اِذْهَبَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰىۚ Iżhabā ilā firauna innahū ṭagā. Pergilah kamu berdua kepada Firaun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas. فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى Fa qūlā lahū qaulal layyinal laallahū yatażakkaru au yakhsyā. Berbicaralah kamu berdua kepadanya Firaun dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” قَالَا رَبَّنَآ اِنَّنَا نَخَافُ اَنْ يَّفْرُطَ عَلَيْنَآ اَوْ اَنْ يَّطْغٰى Qālā rabbanā innanā nakhāfu ay yafruṭa alainā au ay yaṭgā. Keduanya berkata, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan makin melampaui batas.” قَالَ لَا تَخَافَآ اِنَّنِيْ مَعَكُمَآ اَسْمَعُ وَاَرٰى Qāla lā takhāfā innanī maakumā asmau wa arā. Dia Allah berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir! Sesungguhnya Aku bersama kamu berdua. Aku mendengar dan melihat. فَأْتِيٰهُ فَقُوْلَآ اِنَّا رَسُوْلَا رَبِّكَ فَاَرْسِلْ مَعَنَا بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ەۙ وَلَا تُعَذِّبْهُمْۗ قَدْ جِئْنٰكَ بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّكَ ۗوَالسَّلٰمُ عَلٰى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدٰى Fa’tiyāhu fa qūlā innā rasūlā rabbika fa arsil maanā banī isrā’īla, wa lā tuażżibhum, qad ji’nāka bi’āyatim mir rabbika, was-salāmu alā manittabaal-hudā. Maka, datanglah kamu berdua kepadanya Firaun dan katakanlah, Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu. Lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti atas kerasulan kami dari Tuhanmu. Keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. اِنَّا قَدْ اُوْحِيَ اِلَيْنَآ اَنَّ الْعَذَابَ عَلٰى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى Innā qad ūḥiya ilainā annal-ażāba alā man każżaba wa tawallā. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu ditimpakan kepada siapa pun yang mendustakan para rasul dan berpaling dari tuntunannya.’” قَالَ فَمَنْ رَّبُّكُمَا يٰمُوْسٰى Qāla famar rabbukumā yā mūsā. Dia Firaun berkata, “Siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa?” قَالَ رَبُّنَا الَّذِيْٓ اَعْطٰى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهٗ ثُمَّ هَدٰى Qāla rabbunal-lażī aṭā kulla syai’in khalqahū ṡumma hadā. Dia Musa menjawab, “Tuhan kami ialah Tuhan yang telah menganugerahkan kepada segala sesuatu bentuk penciptaannya yang layak, kemudian memberinya petunjuk.” قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُوْنِ الْاُوْلٰى Qāla famā bālul-qurūnil-ūlā. Dia Firaun bertanya, “Bagaimana keadaan generasi terdahulu?” قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْ فِيْ كِتٰبٍۚ لَا يَضِلُّ رَبِّيْ وَلَا يَنْسَىۖ Qāla ilmuhā inda rabbī fī kitābin, lā yaḍillu rabbī wa lā yansā. Dia Nabi Musa menjawab, “Pengetahuan tentang itu ada pada Tuhanku di dalam sebuah Kitab Lauh Mahfuz. Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa. الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ مَهْدًا وَّسَلَكَ لَكُمْ فِيْهَا سُبُلًا وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۗ فَاَخْرَجْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْ نَّبَاتٍ شَتّٰى Al-lażī jaala lakumul-arḍa mahdaw wa salaka lakum fīhā subulaw wa anzala minas-samā’i mā’ān, fa akhrajnā bihī azwājam min nabātin syattā. Dialah Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan meratakan jalan-jalan di atasnya bagimu serta menurunkan air hujan dari langit.” Kemudian, Kami menumbuhkan dengannya air hujan itu beraneka macam tumbuh-tumbuhan. كُلُوْا وَارْعَوْا اَنْعَامَكُمْ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى النُّهٰى ࣖ Kulū warau anāmakum, inna fī żālika la’āyātil li’ulin-nuhā. Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu! Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal. ۞ مِنْهَا خَلَقْنٰكُمْ وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرٰى Minhā khalaqnākum wa fīhā nuīdukum wa minhā nukhrijukum tāratan ukhrā. Darinya tanah itulah Kami menciptakanmu, kepadanyalah Kami akan mengembalikanmu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkanmu pada waktu yang lain. وَلَقَدْ اَرَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَاَبٰى Wa laqad araināhu āyātinā kullahā fa każżaba wa abā. Sungguh Kami benar-benar telah memperlihatkan kepadanya Firaun tanda-tanda kebesaran Kami semuanya. Namun, dia mendustakan dan enggan menerima kebenaran. قَالَ اَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ اَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يٰمُوْسٰى Qāla aji’tanā litukhrijanā min arḍinā bisiḥrika yā mūsā. Dia Firaun berkata, “Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu, wahai Musa? فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِّثْلِهٖ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَّا نُخْلِفُهٗ نَحْنُ وَلَآ اَنْتَ مَكَانًا سُوًى Fa lana’tiyannaka bisiḥrim miṡlihī fajal bainanā wa bainaka mauidal lā nukhlifuhū naḥnu wa lā anta makānan suwān. Kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu. Buatlah suatu perjanjian antara kami dan engkau untuk mengadakan pertemuan yang tidak akan kami dan engkau langgar di suatu tempat pertengahan antara kedua pihak.” قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّيْنَةِ وَاَنْ يُّحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى Qāla mauidukum yaumuz-zīnati wa ay yuḥsyaran-nāsu ḍuḥān. Dia Musa berkata, “Waktumu untuk bertemu dengan kami ialah hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada waktu duha.” فَتَوَلّٰى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهٗ ثُمَّ اَتٰى Fa tawallā firaunu fa jamaa kaidahū ṡumma atā. Maka, Firaun meninggalkan tempat itu, lalu mengatur tipu dayanya. Kemudian, dia datang kembali pada waktu dan tempat yang disepakati. قَالَ لَهُمْ مُّوْسٰى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوْا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍۚ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرٰى Qāla lahum mūsā wailakum lā taftarū alallāhi każiban fa yusḥitakum biażabin, wa qad khāba maniftarā. Musa berkata kepada mereka para penyihir, “Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab. Sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan.” فَتَنَازَعُوْٓا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَاَسَرُّوا النَّجْوٰى Fa tanāzaū amrahum bainahum wa asarrun-najwā. Mereka berbantah-bantahan tentang urusannya dan merahasiakan percakapannya. قَالُوْٓا اِنْ هٰذٰنِ لَسَاحِرٰنِ يُرِيْدَانِ اَنْ يُّخْرِجٰكُمْ مِّنْ اَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيْقَتِكُمُ الْمُثْلٰى Qālū in hāżāni lasāḥirāni yurīdāni ay yukhrijākum min arḍikum bisiḥrihimā wa yażhabā biṭarīqatikumul-muṡlā. Mereka para penyihir berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar penyihir yang hendak mengusirmu dari negerimu dengan sihir mereka berdua dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama. فَاَجْمِعُوْا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوْا صَفًّاۚ وَقَدْ اَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلٰى Fa ajmiū kaidakum ṡumma’tū ṣaffān, wa qad aflaḥal-yauma manistalā. Kumpulkanlah segala tipu daya sihir-mu, kemudian datanglah dalam satu barisan! Sungguh, beruntung orang yang menang pada hari ini.” قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِمَّآ اَنْ تُلْقِيَ وَاِمَّآ اَنْ نَّكُوْنَ اَوَّلَ مَنْ اَلْقٰى Qālū yā mūsā immā an tulqiya wa immā an nakūna awwala man alqā. Mereka para penyihir berkata, “Wahai Musa, apakah engkau yang melemparkan dahulu atau kami yang lebih dahulu melemparkannya?” قَالَ بَلْ اَلْقُوْاۚ فَاِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ اِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ اَنَّهَا تَسْعٰى Qāla bal alqū, fa iżā ḥibāluhum wa iṣiyyuhum yukhayyalu ilaihi min siḥrihim annahā tasā. Dia Musa berkata, “Silakan kamu melemparkan!” Tiba-tiba tali-temali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya Musa seakan-akan ia ular-ular itu merayap cepat karena sihir mereka. فَاَوْجَسَ فِيْ نَفْسِهٖ خِيْفَةً مُّوْسٰى Fa aujasa fī nafsihī khīfatam mūsā. Maka, terlintaslah dalam hati Musa perasaan takut. قُلْنَا لَا تَخَفْ اِنَّكَ اَنْتَ الْاَعْلٰى Qulnā lā takhaf innaka antal-alā. Kami berfirman, “Jangan takut! Sesungguhnya engkaulah yang paling unggul. وَاَلْقِ مَا فِيْ يَمِيْنِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوْاۗ اِنَّمَا صَنَعُوْا كَيْدُ سٰحِرٍۗ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ اَتٰى Wa alqi mā fī yamīnika talqaf mā ṣanaū, innamā ṣanaū kaidu sāḥirin, wa lā yufliḥus-sāḥiru ḥaiṡu atā. Lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya penyihir belaka. Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.” فَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ هٰرُوْنَ وَمُوْسٰى Fa ulqiyas-saḥaratu sujjadan qālū āmannā birabbi hārūna wa mūsā. Lalu, para penyihir itu merunduk sujud seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.” قَالَ اٰمَنْتُمْ لَهٗ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَكُمْۗ اِنَّهٗ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَۚ فَلَاُقَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ مِّنْ خِلَافٍ وَّلَاُصَلِّبَنَّكُمْ فِيْ جُذُوْعِ النَّخْلِۖ وَلَتَعْلَمُنَّ اَيُّنَآ اَشَدُّ عَذَابًا وَّاَبْقٰى Qāla āmantum lahū qabla an āżana lakum, innahū lakabīrukumul-lażī allamakumus-siḥra, fa la’uqaṭṭianna aidiyakum wa arjulakum min khilāfiw wa la’uṣallibannakum fī jużūin-nakhli, wa latalamunna ayyunā asyaddu ażābaw wa abqā. Dia Firaun berkata, “Apakah kamu beriman kepadanya Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Sungguh, akan kupotong tangan-tangan dan kaki-kakimu secara bersilang dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma. Sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih keras dan lebih kekal siksaannya.” قَالُوْا لَنْ نُّؤْثِرَكَ عَلٰى مَا جَاۤءَنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالَّذِيْ فَطَرَنَا فَاقْضِ مَآ اَنْتَ قَاضٍۗ اِنَّمَا تَقْضِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا ۗ Qālū lan nu’ṡiraka alā mā jā’anā minal-bayyināti wal-lażī faṭaranā faqḍi mā anta qāḍin, innamā taqḍī hāżihil-ḥayātad-dun-yā. Mereka para penyihir berkata, “Kami tidak akan mengutamakanmu daripada bukti-bukti nyata mukjizat yang telah datang kepada kami melalui Musa dan daripada Allah yang telah menciptakan kami. Putuskanlah apa yang hendak engkau putuskan! Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan perkara dalam kehidupan dunia ini. اِنَّآ اٰمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطٰيٰنَا وَمَآ اَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِۗ وَاللّٰهُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى Innā āmannā birabbinā liyagfira lanā khaṭāyānā wa mā akrahtanā alaihi minas-siḥri, wallāhu khairuw wa abqā. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami agar Dia mengampuni semua kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Allah lebih baik dan lebih kekal.” اِنَّهٗ مَنْ يَّأْتِ رَبَّهٗ مُجْرِمًا فَاِنَّ لَهٗ جَهَنَّمَ ۗ لَا يَمُوْتُ فِيْهَا وَلَا يَحْيٰى Innahū may ya’ti rabbahū mujriman fa inna lahū jahannama, lā yamūtu fīhā wa lā yaḥyā. Sesungguhnya siapa yang datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, disediakan baginya neraka Jahanam. Dia tidak mati sehingga terhindar dari azab di dalamnya dan tidak pula hidup dengan layak dan nyaman. وَمَنْ يَّأْتِهٖ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصّٰلِحٰتِ فَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الدَّرَجٰتُ الْعُلٰى ۙ Wa may ya’tihī mu’minan qad amilaṣ-ṣāliḥāti fa ulā’ika lahumud-darajātul-ulā. Siapa yang datang kepada-Nya dalam keadaan beriman dan telah beramal saleh, mereka itulah orang-orang yang memperoleh derajat yang tinggi mulia, جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗوَذٰلِكَ جَزَاۤءُ مَنْ تَزَكّٰى ࣖ Jannātu adnin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā, wa żālika jazā’u man tazakkā. yaitu surga-surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri. وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى Wa laqad auḥainā ilā mūsā an asri biibādī faḍrib lahum ṭarīqan fil-baḥri yabasān, lā takhāfu darakaw wa lā takhsyā. Sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku Bani Israil pada malam hari dan pukullah laut itu untuk menjadi jalan yang kering bagi mereka tanpa rasa takut akan tersusul dan tanpa rasa khawatir akan tenggelam.” فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ ۗ Fa atbaahum firaunu bijunūdihī fa gasyiyahum minal-yammi mā gasyiyahum. Firaun dengan bala tentaranya lalu mengejar mereka Musa dan pengikutnya, tetapi mereka Firaun dengan bala tentaranya digulung ombak laut yang dahsyat sehingga menenggelamkan mereka. وَاَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهٗ وَمَا هَدٰى Wa aḍalla firaunu qaumahū wa mā hadā. Firaun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi mereka petunjuk. يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ قَدْ اَنْجَيْنٰكُمْ مِّنْ عَدُوِّكُمْ وَوٰعَدْنٰكُمْ جَانِبَ الطُّوْرِ الْاَيْمَنَ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰى Yā banī isrā’īla qad anjainākum min aduwwikum wa wāadnākum jānibaṭ-ṭūril-aimana wa nazzalnā alaikumul-mannā was-salwā. Wahai Bani Israil, sungguh Kami telah menyelamatkanmu dari musuhmu, mengadakan perjanjian denganmu untuk bermunajat di sebelah kanan gunung itu gunung Sinai, dan menurunkan kepadamu manna dan salwa. كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْۙ وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِيْۚ وَمَنْ يَّحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِيْ فَقَدْ هَوٰى Kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum, wa lā taṭgau fīhi fa yaḥilla alaikum gaḍabī, wa may yaḥlil alaihi gaḍabī faqad hawā. Makanlah sebagian yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu. Janganlah melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku akan menimpamu. Siapa yang ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh binasalah dia. وَاِنِّيْ لَغَفَّارٌ لِّمَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدٰى Wa innī lagaffārul liman tāba wa āmana wa amila ṣāliḥan ṡummahtadā. Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk. ۞ وَمَآ اَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يٰمُوْسٰى Wa mā ajalaka an qaumika yā mūsā. Allah berfirman, “Apa yang membuat engkau datang ke gunung Sinai lebih cepat sehingga meninggalkan kaummu, wahai Musa?” قَالَ هُمْ اُولَاۤءِ عَلٰٓى اَثَرِيْ وَعَجِلْتُ اِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضٰى Qāla hum ulā’i alā aṡarī wa ajiltu ilaika rabbi litarḍā. Musa berkata, “Itu mereka sedang menyusulku dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau rida.” قَالَ فَاِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْۢ بَعْدِكَ وَاَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ Qāla fa innā qad fatannā qaumaka mim badika wa aḍallahumus-sāmiriyyu. Dia Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami benar-benar telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan dan Samiri telah menyesatkan mereka.” فَرَجَعَ مُوْسٰٓى اِلٰى قَوْمِهٖ غَضْبَانَ اَسِفًا ەۚ قَالَ يٰقَوْمِ اَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا ەۗ اَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ اَمْ اَرَدْتُّمْ اَنْ يَّحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَخْلَفْتُمْ مَّوْعِدِيْ Fa rajaa mūsā ilā qaumihī gaḍbāna asifān, qāla yā qaumi alam yaidkum rabbukum wadan ḥasanān, afaṭāla alaikumul-ahdu am arattum ay yaḥilla alaikum gaḍabum mir rabbikum fa akhlaftum mauidī. Lalu, Musa kembali kepada kaumnya dalam keadaan marah lagi sedih. Dia berkata, “Wahai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah masa perjanjian itu terlalu lama bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan menimpamu sehingga kamu melanggar perjanjianmu denganku?” قَالُوْا مَآ اَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلٰكِنَّا حُمِّلْنَآ اَوْزَارًا مِّنْ زِيْنَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْنٰهَا فَكَذٰلِكَ اَلْقَى السَّامِرِيُّ ۙ Qālū mā akhlafnā mauidaka bimalkinā wa lākinnā ḥummilnā auzāram min zīnatil-qaumi fa qażafnāhā fa każālika alqas-sāmiriyyu. Mereka berkata, “Kami tidak melanggar perjanjian dengan-mu atas kemauan kami sendiri. Akan tetapi, kami harus membawa beban berat berupa perhiasan kaum Firaun itu. Kami kemudian melemparkannya ke dalam perapian dan demikian pula Samiri melemparkannya. فَاَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَّهٗ خُوَارٌ فَقَالُوْا هٰذَآ اِلٰهُكُمْ وَاِلٰهُ مُوْسٰى ەۙ فَنَسِيَ ۗ Fa akhraja lahum ijlan jasadal lahū khuwārun fa qālū hāżā ilāhukum wa ilāhu mūsā, fa nasiya. Dari perapian itu kemudian dia Samiri mengeluarkan untuk mereka patung berwujud anak sapi yang bersuara. Mereka lalu berkata, “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi dia Musa telah lupa bahwa Tuhannya di sini.” اَفَلَا يَرَوْنَ اَلَّا يَرْجِعُ اِلَيْهِمْ قَوْلًا ەۙ وَّلَا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا ࣖ Afalā yarauna allā yarjiu ilaihim qaulān, wa lā yamliku lahum ḍarraw wa lā nafān. Maka, tidakkah mereka memperhatikan bahwa patung anak sapi itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada mereka? وَلَقَدْ قَالَ لَهُمْ هٰرُوْنُ مِنْ قَبْلُ يٰقَوْمِ اِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهٖۚ وَاِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمٰنُ فَاتَّبِعُوْنِيْ وَاَطِيْعُوْٓا اَمْرِيْ Wa laqad qāla lahum hārūnu min qablu yā qaumi innamā futintum bihī, wa inna rabbakumur-raḥmānu fattabiūnī wa aṭīū amrī. Sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, “Wahai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengannya patung anak sapi dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah Yang Maha Pengasih. Maka, ikutilah aku dan taatilah perintahku.” قَالُوْا لَنْ نَّبْرَحَ عَلَيْهِ عٰكِفِيْنَ حَتّٰى يَرْجِعَ اِلَيْنَا مُوْسٰى Qālū lan nabraḥa alaihi ākifīna ḥattā yarjia ilainā mūsā. Mereka menjawab, “Kami tidak akan meninggalkannya patung anak sapi dan tetap akan menyembahnya sampai Musa kembali kepada kami.” قَالَ يٰهٰرُوْنُ مَا مَنَعَكَ اِذْ رَاَيْتَهُمْ ضَلُّوْٓا ۙ Qāla yā hārūnu mā manaaka iż ra’aitahum ḍallū. Dia Musa berkata, “Wahai Harun, apa yang menghalangimu, ketika engkau melihat mereka telah sesat, اَلَّا تَتَّبِعَنِۗ اَفَعَصَيْتَ اَمْرِيْ Allā tattabiani, afa aṣaita amrī. dari mengikuti dan menyusul-ku? Apakah engkau sengaja melanggar perintahku?” قَالَ يَبْنَؤُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِيْ وَلَا بِرَأْسِيْۚ اِنِّيْ خَشِيْتُ اَنْ تَقُوْلَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِيْ Qāla yabna’umma lā ta’khuż biliḥyatī wa lā bira’sī, innī khasyītu an taqūla farraqta baina banī isrā’īla wa lam tarqub qaulī. Dia Harun menjawab, “Wahai putra ibuku, janganlah engkau tarik janggutku dan jangan pula engkau jambak rambut kepalaku. Sesungguhnya aku khawatir engkau akan berkata kepadaku, Engkau telah memecah belah Bani Israil dan tidak memelihara amanatku.’” قَالَ فَمَا خَطْبُكَ يٰسَامِرِيُّ Qāla famā khaṭbuka yā sāmiriyyu. Dia Musa berkata, “Apa yang mendorongmu berbuat demikian, wahai Samiri?” قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوْا بِهٖ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ اَثَرِ الرَّسُوْلِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذٰلِكَ سَوَّلَتْ لِيْ نَفْسِيْ Qāla baṣurtu bimā lam yabṣurū bihī fa qabaḍtu qabḍatam min aṡarir-rasūli fa nabażtuhā wa każālika sawwalat lī nafsī. Dia Samiri menjawab, “Aku melihat sesuatu yang tidak mereka lihat. Kemudian, aku ambil segenggam tanah bekas jejak rasul Jibril lalu aku lemparkan ke dalam mulut patung anak sapi. Demikianlah nafsuku membujukku.” قَالَ فَاذْهَبْ فَاِنَّ لَكَ فِى الْحَيٰوةِ اَنْ تَقُوْلَ لَا مِسَاسَۖ وَاِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَّنْ تُخْلَفَهٗۚ وَانْظُرْ اِلٰٓى اِلٰهِكَ الَّذِيْ ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا ۗ لَنُحَرِّقَنَّهٗ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهٗ فِى الْيَمِّ نَسْفًا Qāla fażhab fa inna laka fil-ḥayāti an taqūla lā misāsa, wa inna laka mauidal lan tukhlafahū, wanẓur ilā ilāhikal-lażī ẓalta alaihi ākifān, lanuḥarriqannahū ṡumma lanansifannahū fil-yammi nasfān. Dia Musa berkata kepada Samiri, “Pergilah kau! Sesungguhnya di dalam kehidupan dunia engkau hanya dapat mengatakan, Jangan sentuh aku.’ Engkau pasti mendapat hukuman yang telah dijanjikan di akhirat yang tidak akan dapat engkau hindari. Lihatlah tuhanmu itu yang tetap engkau sembah. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkan abu-nya ke laut.” اِنَّمَآ اِلٰهُكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا Innamā ilāhukumullāhul-lażī lā ilāha illā huwa, wasia kulla syai’in ilmān. Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. كَذٰلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ مَا قَدْ سَبَقَۚ وَقَدْ اٰتَيْنٰكَ مِنْ لَّدُنَّا ذِكْرًا ۚ Każālika naquṣṣu alaika min ambā’i mā sabaqa, wa qad ātaināka mil ladunnā żikrān. Demikianlah Kami kisahkan kepadamu Nabi Muhammad sebagian kisah umat yang terdahulu dan sungguh, telah Kami anugerahkan kepadamu suatu peringatan Al-Qur’an dari sisi Kami. مَنْ اَعْرَضَ عَنْهُ فَاِنَّهٗ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وِزْرًا Man araḍa anhu fa innahū yaḥmilu yaumal-qiyāmati wizrān. Siapa yang berpaling darinya Al-Qur’an, sesungguhnya dia akan memikul beban yang berat dosa pada hari Kiamat. خٰلِدِيْنَ فِيْهِ ۗوَسَاۤءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ حِمْلًاۙ Khālidīna fīhi, wa sā’a lahum yaumal-qiyāmati ḥimlān. Mereka kekal di dalamnya. Sangat buruklah beban dosa itu bagi mereka pada hari Kiamat, يَّوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِيْنَ يَوْمَىِٕذٍ زُرْقًا ۖ Yauma yunfakhu fiṣ-ṣūri wa naḥsyurul-mujrimīna yauma’iżin zurqān. yaitu pada hari ketika sangkakala ditiup. Pada hari itu Kami kumpulkan para pendurhaka dengan wajah pucat penuh ketakutan. يَّتَخَافَتُوْنَ بَيْنَهُمْ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا عَشْرًا Yatakhāfatūna bainahum il labiṡtum illā asyrān. Mereka berbisik satu sama lain, “Kamu tinggal di dunia tidak lebih dari sepuluh hari.” نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَا يَقُوْلُوْنَ اِذْ يَقُوْلُ اَمْثَلُهُمْ طَرِيْقَةً اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا يَوْمًا ࣖ Naḥnu alamu bimā yaqūlūna iż yaqūlu amṡaluhum ṭarīqatan il labiṡtum illā yaumān. Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, “Kamu tinggal di dunia tidak lebih dari sehari saja.” وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّيْ نَسْفًا ۙ Wa yas’alūnaka anil-jibāli fa qul yansifuhā rabbī nasfān. Mereka bertanya kepadamu Nabi Muhammad tentang gunung-gunung, maka katakanlah, “Tuhanku akan menghancurkannya pada hari Kiamat sehancur-hancurnya, فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا ۙ Fa yażaruhā qāan ṣafṣafān. kemudian Dia akan menjadikan bekas gunung-gunung itu dataran yang terhampar rata. لَّا تَرٰى فِيْهَا عِوَجًا وَّلَآ اَمْتًا ۗ Lā tarā fīhā iwajaw wa lā amtān. Engkau tidak akan melihat lagi dataran rendah dan dataran tinggi di sana.” يَوْمَىِٕذٍ يَّتَّبِعُوْنَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهٗ ۚوَخَشَعَتِ الْاَصْوَاتُ لِلرَّحْمٰنِ فَلَا تَسْمَعُ اِلَّا هَمْسًا Yauma’iżiy yattabiūnad-dāiya lā iwaja lahū, wa khasyaatil-aṣwātu lir-raḥmāni falā tasmau illā hamsān. Pada hari itu mereka mengikuti panggilan penyeru Israfil tanpa berbelok-belok. Semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik. يَوْمَىِٕذٍ لَّا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ اِلَّا مَنْ اَذِنَ لَهُ الرَّحْمٰنُ وَرَضِيَ لَهٗ قَوْلًا Yauma’iżil lā tanfausy-syafāatu illā man ażina lahur-raḥmānu wa raḍiya lahū qaulān. Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Yang Maha Pengasih dan yang diridai perkataannya. يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِهٖ عِلْمًا Yalamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum wa lā yuḥīṭūna bihī ilmān. Dia Allah mengetahui apa yang di hadapan mereka yang akan terjadi dan apa yang di belakang mereka yang telah terjadi, sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya. ۞ وَعَنَتِ الْوُجُوْهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّوْمِۗ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا Wa anatil-wujūhu lil-ḥayyil-qayyūmi, wa qad khāba man ḥamala ẓulmān. Semua wajah tertunduk di hadapan Allah Yang Mahahidup lagi Maha Mengurus. Sungguh rugi orang yang membawa kezaliman. وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخٰفُ ظُلْمًا وَّلَا هَضْمًا Wa may yamal minaṣ-ṣāliḥāti wa huwa mu’minun falā yakhāfu ẓulmaw wa lā haḍmān. Siapa yang mengerjakan kebajikan dan dia dalam keadaan beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan zalim terhadapnya dan tidak pula khawatir akan pengurangan haknya. وَكَذٰلِكَ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا وَّصَرَّفْنَا فِيْهِ مِنَ الْوَعِيْدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ اَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا Wa każālika anzalnāhu qur’ānan arabiyyaw wa ṣarrafnā fīhi minal-waīdi laallahum yattaqūna au yuḥdiṡu lahum żikrān. Demikianlah, Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman agar mereka bertakwa atau agar Al-Qur’an itu memberi pengajaran bagi mereka. فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا Fa taālallāhul-malikul-ḥaqqu, wa lā tajal bil-qur’āni min qabli ay yuqḍā ilaika waḥyuhū, wa qur rabbi zidnī ilmān. Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Janganlah engkau Nabi Muhammad tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum selesai pewahyuannya kepadamu dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.” وَلَقَدْ عَهِدْنَآ اِلٰٓى اٰدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهٗ عَزْمًا ࣖ Wa laqad ahidnā ilā ādama min qablu fa nasiya wa lam najid lahū azmān. Sungguh telah Kami perintahkan Adam dahulu agar tidak mendekati pohon keabadian, tetapi dia lupa dan Kami tidak mendapati padanya tekad yang kuat untuk menjauhi larangan. وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَ اَبٰى ۗ Wa iż qulnā lil-malā’ikatisjudū li’ādama fa sajadū illā iblīsa abā. Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Mereka pun sujud, tetapi Iblis enggan. Dia menolak. فَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اِنَّ هٰذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقٰى Fa qulnā yā ādamu inna hāżā aduwwul laka wa lizaujika falā yukhrijannakumā minal-jannati fa tasyqā. Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam, sesungguhnya Iblis inilah musuh bagimu dan bagi istrimu. Maka, sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga. Kelak kamu akan menderita. اِنَّ لَكَ اَلَّا تَجُوْعَ فِيْهَا وَلَا تَعْرٰى ۙ Inna laka allā tajūa fīhā wa lā tarā. Sesungguhnya ada jaminan untukmu bahwa di sana engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang. وَاَنَّكَ لَا تَظْمَؤُا فِيْهَا وَلَا تَضْحٰى Wa annaka lā taẓma’u fīhā wa lā taḍḥā. Sesungguhnya di sana pun engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa terik matahari.” فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ الشَّيْطٰنُ قَالَ يٰٓاٰدَمُ هَلْ اَدُلُّكَ عَلٰى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلٰى Fa waswasa ilaihisy-syaiṭānu qāla yā ādamu hal adulluka alā syajaratil-khuldi wa mulkil lā yablā. Maka, setan membisikkan pikiran jahat kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa?” فَاَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۚ وَعَصٰىٓ اٰدَمُ رَبَّهٗ فَغَوٰى ۖ Fa akalā minhā fa badat lahumā sau’ātuhumā wa ṭafiqā yakhṣifāni alaihimā miw waraqil-jannahti, wa aṣā ādamu rabbahū fa gawā. Lalu, mereka berdua memakannya sehingga tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun yang ada di surga. Adam telah melanggar perintah Tuhannya dan khilaflah dia. ثُمَّ اجْتَبٰىهُ رَبُّهٗ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدٰى Ṡummajtabāhu rabbuhū fa tāba alaihi wa hadā. Tuhannya kemudian memilihnya menjadi rasul. Maka, Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk. قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيْعًاۢ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚفَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ەۙ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى Qālahbiṭā minhā jamīam baḍukum libaḍin aduwwun, fa immā ya’tiyannakum minnī hudān, fa manittabaa hudāya falā yaḍillu wa lā yasyqā. Dia Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. Sebagian kamu Adam dan keturunannya menjadi musuh bagi yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, ketahuilah bahwa siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى Wa man araḍa an żikrī fa inna lahū maīsyatan ḍankaw wa naḥsyuruhū yaumal-qiyāmati amā. Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا Qāla rabbi lima ḥasyartanī amā wa qad kuntu baṣīrān. Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau mengumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal sungguh dahulu aku dapat melihat?” قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى Qāla każālika atatka āyātunā fa nasītahā, wa każālikal-yauma tunsā. Dia Allah berfirman, “Memang seperti itulah balasanmu. Dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu engkau mengabaikannya. Begitu pula pada hari ini engkau diabaikan.” وَكَذٰلِكَ نَجْزِيْ مَنْ اَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْۢ بِاٰيٰتِ رَبِّهٖۗ وَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَشَدُّ وَاَبْقٰى Wa każālika najzī man asrafa wa lam yu’mim bi’āyāti rabbihī, wa laażābul-ākhirati asyaddu wa abqā. Demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya pada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. اَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ يَمْشُوْنَ فِيْ مَسٰكِنِهِمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى النُّهٰى ࣖ Afalam yahdi lahum kam ahlaknā qablahum minal-qurūni yamsyūna fī masākinihim, inna fī żālika la’āyātil li’ulin nuhā. Tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka orang-orang musyrik tentang berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal mereka melewati bekas-bekas tempat tinggal mereka generasi itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَّاَجَلٌ مُّسَمًّى ۗ Wa lau lā kalimatun sabaqat mir rabbika lakāna lizāmaw wa ajalum musammān. Seandainya tidak ada suatu ketetapan yang terdahulu dari Tuhanmu serta tidak ada ajal yang telah ditentukan bagi mereka, pastilah siksaan itu langsung menimpa mereka. فَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا ۚوَمِنْ اٰنَاۤئِ الَّيْلِ فَسَبِّحْ وَاَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضٰى Faṣbir alā mā yaqūlūna wa sabbiḥ biḥamdi rabbika qabla ṭulūisy-syamsi wa qabla gurūbihā, wa min ānā’il-laili fa sabbiḥ wa aṭrāfan-nahāri laallaka tarḍā. Maka, bersabarlah engkau Nabi Muhammad atas apa yang mereka katakan dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam. Bertasbihlah pula pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari agar engkau merasa tenang. وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى Wa lā tamuddanna ainaika ilā mā mattanā bihī azwājam minhum zahratal-ḥayātid-dun-yā, linaftinahum fīhi, wa rizqu rabbika khairuw wa abqā. Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandangan matamu pada kenikmatan yang telah Kami anugerahkan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan kesenangan itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal. وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى Wa’mur ahlaka biṣ-ṣalāti waṣṭabir alaihā, lā nas’aluka rizqān, naḥnu narzuquka, wal-āqibatu lit-taqwā. Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Kesudahan yang baik di dunia dan akhirat adalah bagi orang yang bertakwa. وَقَالُوْا لَوْلَا يَأْتِيْنَا بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖۗ اَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰى Wa qālū lau lā ya’tīnā bi’āyatim mir rabbihī, awalam ta’tihim bayyinatu mā fiṣ-ṣuḥufil-ūlā. Mereka berkata, “Mengapa dia Nabi Muhammad tidak membawa tanda mukjizat kepada kami dari Tuhannya?” Bukankah telah datang kepada mereka bukti nyata yang tersebut di dalam kitab-kitab terdahulu? وَلَوْ اَنَّآ اَهْلَكْنٰهُمْ بِعَذَابٍ مِّنْ قَبْلِهٖ لَقَالُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ مِنْ قَبْلِ اَنْ نَّذِلَّ وَنَخْزٰى Wa lau annā ahlaknāhum biażābim min qablihī laqālū rabbanā lau lā arsalta ilainā rasūlan fa nattabia āyātika min qabli an nażilla wa nakhzā. Seandainya Kami binasakan mereka dengan suatu siksaan sebelum bukti itu datang, tentulah mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami sehingga kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina dan rendah?” قُلْ كُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوْاۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ اَصْحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ وَمَنِ اهْتَدٰى ࣖ ۔ Qul kullum mutarabbiṣun fa tarabbaṣū, fa satalamūna man aṣḥābuṣ-ṣirāṭis-sawiyyi wa manihtadā. Katakanlah Nabi Muhammad, “Setiap kita menanti, maka menantilah! Kelak kamu akan mengetahui siapa yang berada di jalan yang lurus dan siapa yang telah mendapat petunjuk.” Terkhususuntuk surat Yusuf dan surat Taha ini memang lebih banyak dipakai sebagai amalan untuk gampang jodoh, mempererat kekerabatan pasangan suami istri atau kasih sayang secara umum. Sebab memang banyak permasalahan yang bekerjasama dengan duduk kasus jodoh, kekerabatan dengan sahabat atau masyarakat secara luas. Anda masih bujang? Masih mencari pasangan hidup yang terbaik? Amalkan Doa Pendekat Jodoh dari Surah Yusuf Ayat 4 ini. Memang doa tersebut memiliki keistimewaan yang luar biasa dan diyakini dapat untuk mencari jodoh, memikat hati wanita atau lelaki serta disayangi masyarakat sekeliling. Ayat dari Surah Yusuf ini juga adalah ayat pengasih bertujuan untuk mengeratkan hubungan suami isteri, anak-anak, ahli keluarga, rakan taulan dan sahabat handai. Setiap kali bertemu dengan siapa sahaja yang anda kehendaki, maka bacalah di dalam hati kedua ayat di bawah di hadapannya. Dengan izin-Nya, anda akan mendapat hasil yang diingini. Doa Nabi Yusuf Untuk Mencari Jodoh Terbaik Perlu diingatkan bahawa untuk mengamalkannya anda haruslah membersihkan hati dengan niat yang tulus serta ikhlas. InsyaAllah anda akan mendapatkan jodoh yang terbaik. Bacaan Surah Yusuf Ayat-4 Bacaan Surat Taha Ayat 39 Tata Cara Mengamalkannya Niatkan dalam hati dengan tujuan yang baik. Bacalah kedua-dua ayat Al Qur’an di atas Surah Yusuf Ayat-4 dan Surah Taha Ayat-39 lalu diamalkan saat ketika sesudah mandi ataupun selesai berwudhuk. Kemudian tiupkan pada kedua telapak tangan dan sapukan pada wajah. InsyaAllah anda akan kelihatan lebih mempesona di hadapan lawan jenis sehingga dapat mencari jodoh di inginkan. Bacalah kedua-dua ayat ini sebanyak 3 kali setiap kali selepas selesai solat lima waktu. Akhir kata, kita sememang digalakkan berdoa memohon apa yang dihajati, namun tidak semestinya semua hajat kita akan diperkenankan oleh Allah SWT kerana hanya Dia yang lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Oleh itu janganlah kita merasa hampa jika doa kita tidak dimakbulkan. Mungkin Allah SWT hendak menggantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Sesungguhnya, apa yang baik itu datang daripada Allah SWT dan setiap yang terjadi itu adalah atas kehendak-Nya jua. Semoga bermanfaat!Berikutadalah hal yang harus anda perhatikan : ==> jika dibaca 3 x sebelum bertemu seseoarang yang kita sayang, maka akan menimbulkan kasih sayang kepadanya. (Nih buat anda yang pengen jarang berantem ama pacarnya.hehe) ==> Untuk mendatangkan jodoh, bagaimana caranya? Well, it's simple. Setiap habis shalat fardhu, bacalah ayat ini minimal 7x.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID erpM8k1AuN-ZBjnOEZiPoN4mI4ltnSntbQGGLIEqD0U9_17wpJAjZg==SurahTaha mengemukakan episod risalah Nabi Musa a.s yang amat bermakna untuk kita hayatinya. Menariknya dalam surah ini, Allah saw taala kemukakan episod-episod kehidupan dan perjalanan dakwah Nabi Musa a.s secara imbasan kembali. Nabi Musa bukan sahaja mendapat jodoh tetapi berjodoh dengan seorang puteri seorang nabi dan mendapat tarbiyah Ayat Alquran tentang pasangan hidup – Seperti yang kita ketahui bersama, terutama untuk pembaca yang masih sendiri dan sedang berikhtiar untuk mencari jodoh. Untuk membangun jalinan yang lebih serius lagi dengan seseorang sesuai dengan syariat agama Islam memang tidak mudah. Serahkan semua pada Allah Sang Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Seperti yang sudah kita ketahui, sebenarnya ada banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang perkara jodoh. Jangankan perkara jodoh, semua kehidupan di dunia yang kita jalani pun ada di dalam Al-Qur’an. Namun disini penulis akan memberikan 5 ayat Alquran tentang pasangan hidup dan jodoh yang baik. Ayat Alquran Tentang Pasangan Hidup dan Jodoh Ayat Alquran Tentang Pasangan Hidup dan JodohJodoh yang Sudah Diatur AllahAn Nur ayat 32Jaminan JodohJodoh adalah Cerminan DiriTaha ayat 39Cara Mendekatkan JodohMemperbaiki DiriBertakwa pada AllahBerdoa Kepada AllahBerdzikir Banyak orang yang merisaukan pasangan hidup mereka, sehingga tidak sabar untuk mendapatkan jodoh. Padahal terdapat ayat Alquran tentang pasangan hidup yang memberikan penjelasan kepada manusia bahwa setiap yang hidup memiliki pasangan. Agar Anda tidak ragu, berikut adalah ayat yang menjelaskan mengenai jodoh. Jodoh yang Sudah Diatur Allah Allah mengatur jodoh yang dimiliki oleh manusia, hal ini dijelaskan dalam surat Ar-Rum ayat 21. Di dalam ayat tersebut, Allah sudah mengatur jodoh manusia guna mewujudkan ketentraman dan ketenangan dalam hidup. Berikut adalah lafadz dari ayat Alquran tentang pasangan hidup dan jodoh yang terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 21 وَمِنۡ اٰيٰتِهٖۤ اَنۡ خَلَقَ لَكُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ اَزۡوَاجًا لِّتَسۡكُنُوۡۤا اِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُمۡ مَّوَدَّةً وَّرَحۡمَةً ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَّتَفَكَّرُوۡنَ Surat Ar-Rum ayat 21 latin Wa min Aayaatihiii an khalaqa lakum min anfusikum azwaajal litaskunuuu ilaihaa wa ja'ala bainakum mawad datanw wa rahmah; inna fii zaalika la Aayaatil liqawminy yatafakkaruun. Arti Ar-Rum ayat 21 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. An Nur ayat 32 Ayat mengenai jodoh manusia juga terdapat dalam surat An-Nur ayat 32. Di dalam surat tersebut dijelaskan mengenai pernikahan dan rezeki yang akan diatur ketika seseorang sudah menikah. Jadi manusia tidak perlu takut untuk memilih pasangan hidup dengan pekerjaan yang dimiliki. Berikut dibawah ini lafadz dari ayat Alquran tentang pasangan hidup. Surat An-Nur ayat 32 arab وَاَنۡكِحُوا الۡاَيَامٰى مِنۡكُمۡ وَالصّٰلِحِيۡنَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَاِمَآٮِٕكُمۡ ؕ اِنۡ يَّكُوۡنُوۡا فُقَرَآءَ يُغۡنِهِمُ اللّٰهُ مِنۡ فَضۡلِهٖ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ Surat An-Nur ayat 32 latin Wa ankihul ayaamaa minkum was saalihiina min 'ibaadikum wa imaa'kum; iny-yakuunuu fuqaraaa'a yughni himul laahu min fadlih; wal laahu Waasi'un 'Aliim. Arti surat An-Nur ayat 32 Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Jaminan Jodoh Allah sudah menjamin jodoh yang dimiliki oleh setiap orang, dengan alasan inilah Anda akan menemukan pasangan yang akan mencintai Anda. jodoh sudah dijamin oleh Allah dalam surat Az-Zariyat ayat 49, berikut adalah lafadz dari ayat tersebut وَمِنۡ كُلِّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُوۡنَ Surat Az-Zariyat ayat 49 latin Wa min kulli shai'in khalaqnaa zawjaini la'allakum tazakkaruun. Selanjutnya adalah terjemahan dari ayat ini, berikut adalah artinya Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Jodoh adalah Cerminan Diri Jodoh yang dimiliki oleh seseorang dikatakan sebagai cerminan dirinya, hal tersebut dijelaskan dalam surat An-Nur ayat 26. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa jika seseorang mengharapkan jodoh yang seiman, baik dan memiliki sikap yang terhormat, maka Anda harus memantaskan diri. Berikut adalah lafadz dari ayat Alquran tentang pasangan hidup, yakni الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ Surat An-Nur ayat 26 latin Alkhabiisaatu lilkha biisiina walkhabiisuuna lilkhabiisaati wattaiyibaatu littaiyibiina wattaiyibuuna littaiyibaat; ulaaa'ika mubar ra'uuna maimma yaquuluuna lahum maghfiratunw wa rizqun kariim. Terjemahan dari An-Nur ayat 26 ini adalah Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang menuduh itu. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia surga. Taha ayat 39 Berikutnya adalah ayat Al-Qur’an yang memberikan penjelasan mengenai pasangan hidup manusia yang akan bertemu sesuai dengan waktunya. Hal ini bisa diandaikan dengan kisah Nabi Musa yang butuh waktu untuk menemukan orang tuanya setelah dibuang ke sungai. Ayat Alquran tentang pasangan hidup ini dijelaskan dalam surat Taha ayat 39, berikut adalah lafadznya. اَنِ اقۡذِفِيۡهِ فِى التَّابُوۡتِ فَاقۡذِفِيۡهِ فِى الۡيَمِّ فَلۡيُلۡقِهِ الۡيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَاۡخُذۡهُ عَدُوٌّ لِّىۡ وَعَدُوٌّ لَّهٗ ؕ وَاَلۡقَيۡتُ عَلَيۡكَ مَحَـبَّةً مِّنِّىۡ وَلِتُصۡنَعَ عَلٰى عَيۡنِىۡ ۘ Surat Taha ayat 39 latin Aniqzifiihi fit Taabuuti faqzifiihi fil yammi fal yul qihil yammu bis saahili yaakhuzhu 'aduwwul lii wa 'aduwwul lah; wa alqaitu 'alaika mahabbatam minnii wa litusna'a 'alaa 'ainii. Terjemahan dari surat Taha ayat 39 tersebut adalah yaitu, letakkanlah dia Musa di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai Nil, maka biarlah arus sungai itu membawanya ke tepi, dia akan diambil oleh Firaun musuh-Ku dan musuhnya. Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku. Cara Mendekatkan Jodoh Dalam Islam ada beberapa cara yang digunakan untuk mendekatkan jodoh, diantaranya adalah Memperbaiki Diri Seseorang yang ingin jodohnya dekat sebaiknya mendekatkan dan memperbaiki diri kepada Allah. Sebab jodoh merupakan cerminan diri, dengan memperbaiki diri, maka Anda juga akan mendapatkan jodoh yang tidak hanya baik, namun juga sesuai dengan cerminan diri Anda. Bertakwa pada Allah Cara lainnya adalah dengan bertakwa kepada Allah, terutama jika sebelumnya tidak percaya dengan kasih sayang-Nya. Setiap masalah tentu akan menemukan jalan keluar, inilah yang nantinya akan membuat seseorang tidak ragu lagi dengan kasih sayang dan jodoh yang akan diberikan Allah. Berdoa Kepada Allah Seseorang boleh berbeda dengan ayat Alquran tentang pasangan hidup yang telah disebutkan diatas. Dengan berdoa kepada Allah secara ikhlas, Anda akan mendapatkan rasa yang lebih tenang ketika menunggu datangnya jodoh. Berdzikir Mendekatkan diri kepada Allah juga merupakan salah satu mendekatkan jodoh kepada diri Anda sendiri. Salah satu keutamaan melakukan dzikir adalah mendekatkan pintu rezeki yang telah ditentukan oleh Allah. Rezeki tidak hanya masalah uang, namun juga masalah jodoh. Demikianlah diatas bahasan 5 ayat Alquran tentang pasangan hidup yang menjelaskan mengenai pasangan hidup dan jodoh. Semoga informasi tersebut dapat membuat Anda lebih dekat dengan Tuhan dan selalu berpikiran positif dengan apa yang sudah digariskan Tuhan. Penulis berharap semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terkhususuntuk surat Yusuf dan surat Taha ini memang lebih banyak dipakai sebagai amalan untuk gampang jodoh, mempererat kekerabatan pasangan suami istri atau kasih sayang secara umum. Sebab memang banyak permasalahan yang bekerjasama dengan duduk kasus jodoh, kekerabatan dengan sahabat atau masyarakat secara luas. permasalahan yang bekerjasama
Surat Taha Surat Taha بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ طٰهٰ ۚ Ṭāhā. Ṭā Hā. مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓى ۙ Mā anzalnā alaikal-qur’āna … Read moreW0f97.